DIAGNOSA KEPERAWATAN
DOMAIN 3 POLA ELIMINASI DAN PERTUKARAN
GANGGUAN ELIMINASI URIN (SDKI
96, Wilkinson 457)
Definisi
|
Etiologi
|
Batasan Karakteristik
|
Tujuan& Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Disfungsi pada eliminasi urin
Saran : Diagnosis ini masih bersifat umum untuk ditegakkan di klinik, sebaiknya gunakan diagnosis yang lebih spesifik. Namun gunakan bila perawat belum bisa identifikasi faktor penyebabnya.
|
1. Obstruksi anatomik
2. Penyebab multiple
3. Gangguan saraf motorik
4. Infeksi saluran kemih
5. Penurunan kapasitas kandung kemih
6. Iritasi kandung kemih
7. Kelemahan otot pelvis, imaturitas
8. Ketidakmampuan mengakses toilet misal imobilisasi
9. Efek tindakan medis dan diagnostik misal operasi ginjal, anestesi dan obat – obatan
Kondisi klinis terkait:
Infeksi ginjal dan saluran kemih, hiperglikemia, trauma, kanker, cedera/ tumor medula spinalis, neuropati diabetikum, neuropati alkoholik, stroke, parkinson, sklerosis multiple, obat alpa adrenergik.
|
1. Disuria
2. Sering berkemih
3. Anyang anyangan
4. Inkontinensia
5. Nokturia
6. Retensi
7. Dorongan
|
1. Tidak ada hematuria
2. Pengeluaran urine tanpa nyeri
3. BUN dbn
4. Kreatinin dbn
5. Berat jenis urin dbn
6. Protein, glukosa, keton dan Ph dbn
|
Observasi
1. Pantau eliminasi urine meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume dan warna
2. Kumpulkan spesimen urin tengah
Edukasi
1. Ajarkan pasien ttg gejala ISK
2.Instruksikan pasien/ keluarga mencatat haluaran urine
3.Instruksikan pasien untuk berespon terhadap kebutuhan eliminasi
Kolaborasi
1.Rujuk ke dokter bila ditemukan tanda infeksi saluran kemih
|
INKONTINENSIA URIN FUNGSIONAL (SDKI 104, Wilkinson 460)
Definisi
|
Etiologi
|
Batasan Karakteristik
|
Tujuan& Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Tidak mampu dalam mengatur eliminasi urin pada waktunya untuk menghindar
ketidasengajaan pengeluaran / mengompol
|
1. Penurunan isyarat kandung kemih dan kerusakan kemampuan untuk mengenal
insyarat kandung krmih sekunder terhadap....
2. Penurunan tonus otot kandung kemih
3. Kerusakan mobilitas
4. Penurunan perhatian pada isyarat dari kandung kemih
5. Hambatan dari lingkuingan mrnuju kamar mandi
6. Kehilangan kemampuan motorik dan sensorik
KONDISI KLINIS
TERKAIT : cedera kepala, neuropati alkohol, penyakit parkinson, penyakit
diemilienisasi, sklerosis multipel, stroke, depresi, demensia progresif.
|
1. Mengompol sebelum mencapai atau selama usaha mencapai
toilet
2. Mengompol di pagi hari
3. Mampu mengosongkan kandung kemih lengkap
|
1. Mengenali urgensi berkemih
2. Pakaian dalam tetap kering sepanjang hari
3. Mampu berkemih secara mandiri
4. Mampu memperkirakan pola untuk mengeluarkan urin
|
Observasi
1. Identifikasi penyebab inkontinensia multifaktorial
2. Pantau eliminasi urin termasuk frekuensi , konsistensi, bau dan warna
3. Lakukan kultur urin
Mandiri
1. Tentukan interval jadwal mulai berkemih berdasarkan pola berkemih dengan
mengingatkan pasien untuk berkemih sesuai dengan jadwal interval yang
ditentukan, Gunakan kekuatan sugesti air
2. Bantu untuk mempertahankan rasa ingin eliminasi
3. Berikan pakaian yang melindungi sesuai dengan kebutuhan
4. Bersihkan area kulit genital dengan interval yang teratur
5. Pertahankan hidrasi normal kecuali bila ada kontraindikasi
Edukasi
1. Jelaskan penyebab masalah dan alasan tindakan
2. Ajarkan pasien dan keluarga untuk mencatat haluaran urin dan polanya
sesuai dengan kebutuhan
3. Ajarkan pasien untuk merawat kulit dan rutinitas kebersihan untuk
mencegah kerusakan kulit.
4. Anjurkan pasien untuk mengurangi minum kopi, teh, cola, alkohol karena
berdampak pada diuretik.
Kolaborasi
1. Berikan obat antideuretik agar sedikit dampakanya pada gaya hidup
|
INKONTINENSIA URIN REFLEKS (SDKI 106, Wilkinson 463)
Definisi
|
Etiologi
|
Batasan Karakteristik
|
Tujuan& Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Definisi
: Kehilangan urin tanpa disadari pada interval yang diperkirakan sedikit
ketika volume bladder spesifik tercapai
|
1.
Gagalnya konduksi rangsangan di atas tingkatan arkus refelks sekunder terhadap........
2. Kerusakan jaringan
KONDISI
KLINIS TERKAIT : Cedera /tumor/ infeksi medula spinalis, cystitits,
pembedahan pelvis, sklerosis multiple, kanker kandung kemih atay pelvis,
penyakit parkinson, demensia
|
1. Tidak mengalami sensasi
berkemih
2. Dribbling
3. Sering BAK
4. Hesitancy
5. Nokturia
6. Enuresis
7. Volume residu urin
meningkat
|
1. Pasien terbebas dari kerusakan
kulit
2. Menunjukkan prosedur katerisasi
sendiri secara intermitt
|
Observasi
1. Kaji kemampuan untuk mengenali
urgensi berkemih
2. Pantau teknik pasien untuk
melakukan katerisasi intermitten
3. Untuk pasien dengan katerisasi
intermitten makan pantau warna, bau, kejernihan urine serta lakukan
urinalisis secra teratur untuk memantau infeksi
Mandiri
1. Bantu pasien dalam
mempertahankan keadekuatan hygiene dan perawatan kulit rutin dengan menggunakan
minyak pelembab , mempertahankan kulit tetap kering
2. Pertimbangkan penggunaan
kateter kondom
3. Ingatkan pasien untuk mencoba
menahan urin sampai jadwal eliminasi
4. Pertahankan asupan cairan
2000ml/hari
5. Gunakan teknik steril urtnuk
tindakan kateterisasi
Edukasi
1. Ajarkan pasien atau keluarga
tentang teknik membersihkan katerisasi intermitten
2. Ajarkan pasien untuk mengenali
tanda dan gejala infeksi saluran kemih seperti demam, mengigil, nyeri pinggang
hematuria, perubahan dalam konsisternsi dan warna urine)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antibiotik
|
INKONTINENSIA URIN STRESS (SDKI 108, WILKINSON 465)
Definisi
|
Etiologi
|
Batasan Karakteristik
|
Tujuan& Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
· Wilkinson
Terjadi kehilangan kurang dari 50cc urin bersama
dengan peningkatan tekanan abdomen
· SDKI
Kebocoran urin mendadak dan tidak dapat
dikendalikan karena aktivitas yang meningkatkan tekanan intraabdominal
|
1. Ketidakmampuan kandung kemih
mengeluarkan urine pada saluran perkemihan karena kelainan kongenital
2. Perubahan degeneratif pada otot
pelvis dan penyokongnya yang disebabkan karena kekurangan hormn esteogen
3. Tingginya tekanan
intraabdominal dan lemahnya otot pelvis sekunder terhadap..........
4. Lemahnya otot pelvis dan penyokongnya
sekunder....
5. Penurunan tonus otot.
KONDISI
KLINIS TERKAIT : obesitas, kehamilan/ melahirkan, menopouse, infeksi saluran
kemih, operasi abdomen, operasi prostat, penyakit Alzheimer, cedera medula
spinalis
|
Mengeluh keluar urin kurang daro 50 cc saat
tekanan abdominal meningkat seperti berdiri, bersin, tertawa, berlari ,
mengangkat benda berat
|
|
Observasi
1. Kaji kemampuan untuk mengenali urgensi berkemih 2. Pantau teknik pasien untuk melakukan katerisasi intermitten 3. Untuk pasien dengan katerisasi intermitten makan pantau warna, bau, kejernihan urine serta lakukan urinalisis secara teratur untuk memantau infeksi Mandiri 1. Bantu pasien dalam mempertahankan keadekuatan hygiene dan perawatan kulit rutin dengan menggunakan minyak pelembab , memeprtahankan kulit tetrap kering 2. Pertimbangkan penggunaan kateter kondom 3. Ingatkan pasien untuk mencoba menahan urin samp[ai jadwal eliminasi 4. Pertahankan asupan cairan 2000ml/hari 5. Gunakan teknik steril untuk tindakan kateterisasi Edukasi 1. Ajarkan pasien atau keluarga tentang teknik membersihkan katerisasi intermitten 2. Ajarkan pasien untuk mengenali tanda dan gejala infeksi saluran kemih seperti demam, mengigil, nyeri ponggang hematuria, perubahan dalam konsisternsi dan warna urine) Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian antibiotik |
INKONTINENSIA URIN DORONGAN (SDKI 110, WILKINSON 466)
Definisi
|
Etiologi
|
Batasan Karakteristik
|
Tujuan& Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Pengeluaran urin yang tidak disadari terjadi
secara cepat setelah rangsangan kuat untuk pengosongan
|
1. Penurunan kapasistas kandung
kemih seknder terhadap....
2. Iritasi pada reseptor peregangan
kandung kermih sekunder
3. Efek agen farmakologis
KONDISI
KLINIS TERKAIT : riwayat penyakit peradangan pelvis dan atau vagina, riwayat
penggunaan kateter, infeksi saluran kemih / uretra, gangguan neurogenik,
penyakit parkinson, neuropati diabetikum, operasi abdomen.
|
Keinginan
berkemih yang kuat disertai inkontinesia
|
1. Mempertahankan keadekuatan
intergritas kulit
Menjelaskan rencana pemasangan folley kateter di rumah |
Observasi
1. Kaji adanya fistula pada pasie 2. Kaji kerusakan kulit pada pasien dan pertahankan keadekuatan higine dan rutunitas perawatan kulit Edukasi 1. Ajarkan keluarga tentang pengelolaan dan perawatan kateter menetap di rumah 2. Ajarkan pasien untuk mengenali tanda infeksi saluran kemih Kolaborasi 1. Konsultasi untuk penggunaan kateter menetap Mandiri 1. Bantu pasien dalam mempertahankan keadekuatan hygiene dan perawatan kulit rutin dengan menggunakan minyak pelembab , mempertahankan kulit tetap kering 2. Pertimbangkan penggunaan kateter kondom 3. Ingatkan pasien untuk mencoba menahan urin sampai jadwal eliminasi 4. Pertahankan asupan cairan 2000ml/hari 5. Gunakan teknik steril urtnuk tindakan kateterisasi |
RETENSI URIN (SDKI Hal 115, WILKINSON 469)
Definisi
|
Etiologi
|
Batasan Karakteristik
|
Tujuan& Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Keadaan individu yang mengalami ketidaksempurnaan
pengosongan kandung kemih.
|
1. Hambatan pada sfingter sekunder
terhadap..........
2. Kerusakan atau ketidakadekuatan
jaras aferens sekunder terhadap........
3. Obstruksi jalan keluar kandung
kemih sekunder terhadap
4. Ketidakadekuatan detrusor
sekunder terhadap...........
KONDISI
KLINIS TERKAIT : BPH, Pembengkakan perianal, cedera medula spinalis,
rektokel, tumor saluran kemih
|
1. Sensasi penuh pada
kandung kemih
2. Disuria
3. Anuria
4. Distensi kandung kemih
5. Dribbling
6. Inkontinenasi berlebih
7. Residu urin 150 cc / lebih
|
1. Bebas dari kebocoran urine di
antara berkemih.
2. Kandung kemih kosong sempuma.
3. Tidak ada sisa setelah buang
air >100-200 cc.
4. Asupan cairan dalam rentang
yang diharapkan.
5. Bebas dari infeksi salurah
kemih
6. Melaporkan penurunan spasme
kandung kemih
7. Mempunyai keseimbangan asupan
dan haluaran dalam 24 jam.
8. Keluhan disuria berkurang
9. Haluaran urin normal (0,5 –
1cc/Kg/BB/Jam)
|
Observasi
1. Identifikasi dan dokumentasikan
pola evakuasi kandung kemih.
2. Pantau penggunaan agens yang
tidak diresepkan dengan antikolinergik atau alfa agonis
3. Pantau efek dari obat yang
diberikan seperti penyekat saluran kalsium dan antikolinergik
4. Pantau asupan dan haluaran
5. Pantau derajat distensi kandung
kemih dengan palpasi dan perkusi.
Edukasi
1. Instruksikan pasien untuk
melaporkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih (misalnya, demam,
menggigil, nyeri pinggang, hematuria, perubahan konsistensi, dan bau urine).
2. Instruksikan pasien/keluarga
untuk mencatat haluaran urine, bila diperlukan.
Kolaboratif
1. Rujuk ke perawat terapi
enterostoma untuk instruksi pembersihan intermiten kateterisasi sendiri
setiap 4-6 jarn pada saat terjaga.
2. Rujuk pada spesialis
kontinensia urine jika diperlukan.
Mandiri
1. Lakukan program pelatihan
evakuasi kandung kemih.
2. Berikan cairan dalam sehari
untuk menjamin asupan yang adekuat tanpa adanya distensi kandung kemih yang
berlebihan.
3. Anjurkan pasien mengkonsumsi
cairan per oral
4. Berikan privasi untuk eliminasi
5. Gunakan kekuatan sugesti dengan
mengalirkan air atau membilas toilet
6. Pasang kateter urin
7. Berikan perawatan kateter
secara aseptik setiap hari
|
Komentar
Posting Komentar