Kamis, 07 Mei 2020

PANDUAN MAKALAH SEMINAR KELOMPOK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Berikut adalah panduan untuk membuat makalah seminar kelompok pada mata kuliah keperawatan Gawat Darurat


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
(Alenia 1 mengenai masalah kegawatan yang terjadi pada kasus, misal yang trend dimasyarakat ke arah sudden death dan terlambat dalam pengenalan penyakit misal stroke dikira sawan dst....)  Pada kenyataannya, klien datang ke rumah sakit dengan kondisi kesadaran yang sudah jauh menurun dan memerlukan perawatan cukup lama
Alenia 2 mengeni angka prevalensi terjadinya dimulai dari scope dunia – Indonesia --- propinsi --- dan area kota ) Berdasarkan laporan RISKESDAS tahun 2018 prevelansi penyakit tidak menular salah satunya stroke mengalami peningkatan dari 7% pada tahun 2013 menjadi 10,9% pada tahun 2018 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Alenia 3 mengenai patofisiologi singkat dari awal terjadinya penyakit sampai ke menyebabkan kematian Cerebro Vascular Accident (CVA) infark lebih banyak dikenal sebagai stroke oleh masyarakat umum. Stroke infark terjadi pada otak ditandai dengan adanya penurunan kualitas pembuluh darah. Apabila aliran darah yang menuju ke jaringan otak terhenti selama 15-20 menit akan menyebabkan kematian jaringan karena nutrisi yang diperlukan otak berasal dari oksigen yang diangkut oleh darah.
Alenia 4 mengenai tatalaksana singkat, peran perawat baik dalam scope pre hospital maupun intrahospital. Dibutuhkan peran semua pihak untuk mengurangi angka mortalitas pasien dengan stroke di masyarakat salah satunya adalah dengan pengenalan gejala dini dimana golden period untuk terapi trombolitik adalah 3-6 jam dari onset kejadian.  

1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah selalu dalam kalimat tanya dan mencerminkan tujuan umum misal “ Bagaimana asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan stroke bleeding?”

1.3  Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Sesuai dengan menjawab rumusan masalah misal menjelaskan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan stroke bleeding?”

1.3.2        Tujuan Khusus
Tujuan khusus diisi dengan bab besar yang akan dibahas misal
1.      Menjelaskan konsep kegawatan CVA Bleeding
2.      Menjelaskan konsep asuhan keperawatan  pada kegawatan CVA Bleeding


1.4  Manfaat
1.      Bagi penulis
2.      Bagi Institusi Pelayanan keperawatan
3.      Bagi Institusi Pendidikan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Definisi CVA Infark
2.2    Etiologi
2.3    Klasifikasi
2.4    Patofisiologi
2.5    Web of Caution
2.6    Manifestasi Klinis
2.7    Komplikasi
2.8    Penatalaksanaan



BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a.      Primary Survey
1.      Airway
Bahas bagaiman kondisi airway pada pasien sesuai dengan topik yang dibahas misal “Pasien dengan CVA Infark beresiko mengalami sumbatan karena adanya penumpukan sekret akibat dari kelemahan reflek batuk
2.      Breathing
Bahas bagaimana kondisi breathing pada pasien sesuai dengan topik yang dibahas. Misal pada pasien dengan CVA infark tidak ditemukan masalah pada pernapasan namun jika pasien mengalami peningkatan tekanan intracranial akan tampak pada penurunan RR
3.      Circulation
Bahas bagaimana kondisi circulation pada pasien sesuai dengan topik yang dibahas Pada pasien dengan stroke non hemoragik yang mengalami perfusi serebral tidak efektif menyebabkan kadar PaO2 <95% sehingga menyebabkan sianosis. Pasien stroke non hemoragik mengalami diaforesis sehingga ditemukan akral teraba dingin, dan kulit mengalami kelembapan. TD dapat normal atau meningkat, dengan frekuensi nadi bervariasi
4.      Disability
Bahas bagaimana kondisi disability pada pasien sesuai dengan topik yang dibahas Pasien dengan cva infark akan mengalami gangguan kesadaran jika terjadi ketidakseimbangan perfusi ventilasi. Pupil kecil dan ptosis pada sisi kelopak mata yang terkena. Mengalami gangguan motorik seperti hemiplegia, hemiparesis, dan mengalami gangguan sensorik seperti defisit dalam pendengaran, pengelihatan dan indra penciuman.
5.      Exposure
Bahas bagaimana kondisi exposure pada pasien sesuai dengan topik yang dibahas Pada pasien stroke non hemoragik biasanya jarang terjadi trauma.

b.      Pengkajian sekunder
1.      Anamnesa
a.       Data Umum : Bahas mengenai bagaimana prevalensi kejadian CVA bleeding. Misal stroke menyerang laki laki 2 x lebih banyak daripada wanita, usia diatas 50 tahun rentan dengan cva bleeding, jarang terjadi pada usia anak anak, tinggal di perkotaan dan pedesaan dst............
b.     Keluhan utama : Bahas mengenai keluhan utama yang khas sesuai topik terkait. Pada pasien dengan cva bleeding keluhan utamanya adalah nyeri kepala hebat dan penurunan kesadaran. Bahas mengenai karakterstik keluhan utama yang khas tersebut sesuai dengan kaidah OLD CART (Onset, location, duration, characteristic, aggravating factor, relieving factors, Treatment) Misal “ Onset : sejak kapan? , Location ( dimana kelumpuhannya), Duration ( bagaimana nyeri itu datang, apakah terus menerus atau hilang timbul), Characteristic ( bagaimana karakteristik nyeri nya ? apakah seperti ditusuk tusuk, seperti berputar? Seperti diberi beban? ) , Aggravating factor ( Apa yang memperburuk rasa nyerinya? ),  relieving factors ( Faktor apa yang meringankan, missal dengan istirahat, nyeri akan berkurang)  , Treatment ( Treatment apa yang sudah diberikan sebelum datang ke RS? Misal sudah minum obat)
c. Riwayat penyakit sekarang : Bahas mengenai keluhan lain yang menyertai keluhan utama. Misal Pasien pada keluhan utama mengeluh penurunan kesadaran maka untuk riwayat penyakit sekarang  : penurunan kesadaran disertai muntah, tidak bisa menelan ,   kejang
d. Riwayat penyakit dahulu : Bahas mengenai penyakit dahulu yang ada kaitannya dengan topik yang dibahas misal Jelaskan keterkaitan penyakit DM, hipertensi dan jantung dengan kejadian CVA bleeding, Pengobatan apa yang menjadi pencetus atau penyulit pasien CVA,  
e.       Pemeriksaan fisik
1.      Vital Sign
Bahas bagaimana vital sign yang tampak sesuai topik
2.      Keadaan umum
Bahas bagaimana vital sign yang tampak sesuai topik
3.      Bladder (B4) : Bahas sesuaikan dengan topik misal  pada pasien cva infark beresiko mengalami inkontinensia urine karena ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik.
4.      Bowel (B5) : Bahas sesuaikan dengan topik misal  didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, serta mual hingga muntah yang diakibatkan oleh peningkatan produksi asam lambung.
5.      Bone (B6) : Bahas sesuaikan dengan topik misal  pada pasien cva infark beresiko mengalami penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh gangguan neurosensory.
6.      Integumen : Bahas sesuaikan dengan topik misal  kaji kondisi kulit pasien , dan kaji tanda-tanda dikubitus terutama pada daerah yang menonjol karena pasien cva infark mengalami mobilitas fisik.

c.       Pemeriksaan diagnostik
Bahas sesuaikan dengan topik misal  
1.      Foto rontgen dada : pelebaran ukuran jantung sebagai suatu sumber emboli pada suatu stroke atau akibat hipertensi lama.
2.      CT-scan : untuk membedakan antara stroke perdarahan (intraserebral atau subarakhnoid) dengan stroke tanpa perdarahan/ iskemik (trombus/emboli).
3.      MRI : untuk menunjukkan adanya iskemia serebri, dan untuk memnujukan adanya infark pada batang otak, serebelum, atau lobus temporalis yang tidak dapat terlihat pada CT-scan.

d.      Diagnosa Keperawatan (SDKI, NANDA)
Bahas sesuaikan dengan topik dan sesuaikan dengan problem yang ada di WOCdan sesuaikan dengan prioritas diagnosa keperawatan

e.       Intervensi Keperawatan
Berisi mengenai intervensi, tujuan dan kriteria hasil serta rasional
1.      Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d mukus berlebih
Tujuan : mempatenkan jalan napas
Kriteria hasil :
1.      Mampu mengeluarkan sputum
2.      Menunjukan jalan nafas yang paten (tidak ada suara napaas tambahan)
3.      Saturasi O2 dalam batas normal.
Intervensi : (Buat dengan pilar Observasi Mandiri Edukasi Kolaborasi)
1.      Observasi dan Jelaskan pada pasien mengapa terdapat penumpukan secret di saluran pernapasan dan kegunaan batuk efektif
R: pengetahuan diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana terapeutik.
2.      Ajarkan pasien batuk efektif
R : batuk efektif apat mengeluarkan secret dari saluran pernapasan.
3.      Atur posisi pasien semi fowler
R : untuk memudahkan pasien mengeluarkan secret
4.      Lakukan pengispan lendir, batasi durasi pengisapan dengan 15 detik atau lebih
R : untuk mengurangi adanya penumpukan secret, dan durasinya untuk mecegah bahaya hipoksia.
5.      Kolaborasi dalam pemberian bronkodilator
R : mengatur ventilasi dan melepskan secret

BAB 4
PEMBAHASAN TERKAIT JURNAL
(Lampirkan jurnal terkait)

Analisa Jurnal 1
Peneliti / Author
:

Judul dan Tahun
;

Nama Jurnal
:

Latar Belakang Riset
:

Tujuan Riset
:

Sample
:

Metode & desain
:

Variabel penelitian
:

Hasil Penelitian
;

Kesimpulan
:

Keterbatasan
:

 Dst .................................


BAB 5
PENUTUP
5.1    Kesimpulan
5.2    Saran

DAFTAR PUSTAKA
Referensi yang digunakan adalah 10 tahun terakhir dan jurnal
.....................................................................................................................................



PANDUAN MAKALAH SEMINAR : https://drive.google.com/file/d/1o1k_UFjQuc4cVAcRRrpOzpsgM8P71tKy/view?usp=sharing

Rabu, 06 Mei 2020

KONSEP RASA AMAN DAN NYAMAN




KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN
OLEH

Merina Widyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep


Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan berbeda pada tiap orang. Ada yang mempersepsikan bahwa hidup terasa nyaman bila mempunyai banyak uang. Ada juga yang indikatornya bila tidak ada gangguan dalam hidupnya. Dalam konteks asuhan keperawatan ini, maka perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan.
Kondisi yang menyebabkan ketidaknyamanan klien adalah nyeri. Setiap individu pernah mengalami nyeri. Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual. Klien merespon terhadap nyeri yang dialaminya dengan beragam cara, misalnya berteriak, meringis, dan lain-lain. Oleh karena nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon atau perasan yang identik pada seorang individu, maka perawat meski peka terhadap sensasi nyeri yang dialami klien. Perawat menggunakan berbagai intervensi untuk menghilangkan nyeri atau mengembalikan kenyamanan. Untuk itu, diperlukan kemampuan perawat dalam mengidentifikasi dan mengatasi rasa nyeri.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun tidak ada satu teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri ditransmisikan atau diserap.
Masalah keperawatan terkait pemenuhan rasa aman dan nyaman adalah : 

GANGGUAN RASA NYAMAN (D 0074)
Ketidaknyamanan Pasca Partum   0075
Nyeri Kronis                 0078
Nyeri Akut                    0077
Nausea                           0076
Nyeri Melahirkan        0079


Materi Kuliah :
https://drive.google.com/file/d/1VRWQGe9X-nCiT0P-xaOzgL_4cvhJaQ8v/view?usp=sharing

Minggu, 03 Mei 2020

KONSEP DASAR AKTIVITAS LATIHAN DAN MOBILISASI

KONSEP DASAR AKTIVITAS LATIHAN DAN MOBILISASI
OLEH 
Merina Widyastuti,S.Kep.,Ns.,M.Kep


Konsep dasar dari mobilisasi adalah ditujukan pada pergerakan tubuh untuk mempertahankan diri dari cedera, dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari hari secara mandiri. Terkait konsep dasar mobilisasi ini maka tidakk terlepas dari konsep anatomi dan fisiologi pada sistem muskuloskeletal dan sistem persarafan. adapun sistem lain yang juga berpengaruh terhadap mobilisasi adalah sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan, karena jika kita lihat jika ada gangguan pada sistem tersebut maka juga akan mempengaruhi aktivitas mobilisasi yang akan berdampak terhadap kemandirian untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia. 


Konsep dasar mobilisasi erat kaitannya dengan patien safety begitu juga dengan keselamatan perawat sebagai care giver. Untuk pasien akan berdampak pada perlindungan cedera , luka akibat tirah baring yang lama / dekubitus, kontraktur sampai pada atrofi otot dan atelektasis. Sedangkan pada perawat erat kaitannya dengan insiden nyeri punggung akibat memindahkan pasien. 

Adapun masalah keperawatan yang terkait pada sistem ini adalah : 
       Hambatan mobilitas fisik
       Keletihan
       Hambatan mobilitas di tempat tidur
       Hambatan mobilitas berkursi roda
       Hambatan kemampuan berpindah
       Hambatan berjalan
       Defisit perawatan diri : mandi
       Defisit perawatan diri Berpakaian
       Defisit perawatan diri Makan
       Defisit perawatan diri Eliminasi
       Defisit perawatan diri
       Risiko sindrom disuse
       Intoleransi aktivitas

Tindakan intervensi keperawatan yang terkait pada konsep dasar aktivitas mobilisasi adalah mengajarkan ROM, memindahkan pasien dari tempat tidur , memberikan posisi pada pasien. Kesemuanya itu memerlukan teknik , ilmu dan kiat keperawatan sehingga mengurangi cedera pada perawat dan pasien. 




Latihan soal

1. Sebutkan apa manfaat dari latihan fisik dan mobilisasi untuk kehidupan individu
2. Sebutkan dampak negatif imobilisasi pada sistem B1
3.  Sebutkan dampak negatif imobilisasi pada sistem B2
4.  Sebutkan dampak negatif imobilisasi pada sistem B3
5. Sebutkan dampak negatif imobilisasi pada sistem B4
6.  Sebutkan dampak negatif imobilisasi pada sistem B5
7.  Sebutkan dampak negatif imobilisasi pada sistem B6
8. Apa yang anda ketahui mengenai resiko sindrom disuses
9. Apa perbedaan antara masalah keperawatan intoleransi aktivitas dengan hambatan mobilitas fisik
10. Sebutkan kondisi fisik pada sistem persarafan yang mempengaruhi aktivitas dan latihan.




Referensi : 

       NANDA. (2018). Diagnosis Keperawatan Jakarta: EGC.
       Kurniawidjaja, L. M., Purnomo, E., Maretti, N., & Pujiriani, I. (2014). Pengendalian Risiko Ergonomi Kasus Low Back Pain pada Perawat di Rumah Sakit. Majalah Kedokteran Bandung, 46(4).
       PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DewaN Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
       Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental of Nursing. Jakarta: Elsevier.
       Rosdahl, C. B., & Kowalsi, M. T. (2015). Buku Ajar Keperawatan Dasar (Vol. 3). Jakarta: EGC.
       Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis keperawatan : diagnosis NANDA-1, intervensi NIC, Hasil Noc (Vol. 10). Jakarta: EGC.




 TOPIK KULIAH : KEPERAWATAN HIV AIDS SHT oleh Merina Widyastuti  Untuk Mahasiswa STIKES Hang Tuah Surabaya VOLUNTARY COUNSELLING TEST HIV   ...