Langsung ke konten utama

KONSEP GAWAT DARURAT


Konsep Keperawatan Kegawatdaruratan
Oleh
Merina Widyastuti,M.Kep

Pelayanan gawat darurat
Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen pelayanan di rumah sakit yang dilaksanakan instalasi gawat darurat. Adapun tugas dari instalasi gawat darurat adalah menyelenggarakan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta pelayanan pembedahan darurat yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya (Marquis & Huston, 2010).
Instalasi Gawat Darurat yang merupakan pintu utama sebuah rumah sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan darurat dengan standar yang tinggi kepada masyarakat (RSSA, 2012). Angka morbiditas dan mortalitas pasien dengan kondisi gawat tergantung pada cepat dan tepatnya pelayanan pertama yang didapatkan di instalasi gawat darurat. Menurut data WHO pada tahun 2011 mencatat bahwa 30 % kasus kematian pasien di pelayanan gawat darurat disebabkan karena cedera , dan 45 % karena penyakit dalam. Namun belum ada riset yang pernah dilakukan untuk mencatat pula kepuasan pasien terhadap pelayanan gawat darurat di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari standar pelayanan yang diberikan oleh instalasi gawat darurat secara umum di Indonesia. Kesiapan IGD serta sistem pelayanan gawat darurat yang terpadu antara Fasilitas kesehatan satu dengan lainnya, akan memberikan nilai tambah dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, tidak hanya terhadap kasus Gawat Darurat sehari-hari, tetapi juga sekaligus kesiapan bila setiap saat terjadi bencana di wilayah Indonesia.
Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip Time Saving is Life and Limb Saving. Tujuan dari pelayanan gawat darurat ini adalah untuk memberikan pertolongan pertama bagi pasien yang datang dan menghindari berbagai resiko, seperti: kematian , menanggulangi korban kecelakaan, atau bencana lainn yang langsung membutuhkan tindakan. Pelayanan Unit Gawat Darurat adalah salah satu ujung tombak pelayanan kesehatan di sebuah rumah sakit. Pelayanan pada Unit Gawat Darurat untuk pasien yang datang akan langsung dilakukan tindakan sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya. Dengan demikian harapan hidup dan tingkat keberhasilan yang akan dicapai dari suatu pelayanan gawat darurat sesuai dengan standar pelayanan yang dimiliki. Pelayanan di tingkat Rumah Sakit Pelayanan gawat darurat meliputi suatu system terpadu yang dipersiapkan mulai dari IGD, HCU, ICU dan kamar jenazah serta rujukan antar RS mengingat kemampuan tiap-tiap rumah sakit untuk penanganan efektif (pasca gawat darurat) disesuaikan dengan Kelas Rumah Sakit.

Definisi Kegawatan
Kegawatan adalah suatu keadaan yang menimpa seseorang yang dapat menyebabkan sesuatu yang mengancam jianya dalam arti memerlukan pertolongan tepat, cermat dan cepat bila tidak maka seseorang tersebut dapat mati atau menderita cacat.

Definisi Mati
Resusitasi mutakhir telah membawa perubahan-perubahan pada definisi kematian. Adapun beberapa definisi kematian adalah sebagai berikut.
1.   Mati batang otak
Kematian batang otak didefinisikan sebagai hilangnya seluruh fungsi otak, termasuk fungsi batang otak, secara ireversibel. Tiga tanda utama manifestasi kematian batang otak adalah koma dalam, hilangnya seluruh reflex batang otak, dan apneu. Adapun ciri yang lain adalah Tidak ada respon cahaya, tidak ada refleks kornea, Tidak ada pernapasan spontan, Tidak ada sikap tubuh normal, Tidak ada refleks muntah/refleks batuk
2.    Mati klasik
Mati klasik dalam hal ini dapat berarti mati klinis lalu menjadi mati biologis. Mati klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah henti sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak ireversibel. Pada masa dini kematian inilah, pemulaian resusitasi dapat diikuti dengan pemulihan semua fungsi sistem organ vital termasuk fungsi otak normal, asalkan diberi terapi optimal.
Mati biologis (kematian semua organ) selalu mengikuti mati klinis bila tidak dilakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau bila upaya resusitasi dihentikan. Mati biologis merupakan proses nekrotisasi semua jaringan, dimulai dengan neuron otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa sirkulasi, diikuti oleh jantung, ginjal, paru dan hati yang menjadi nekrotik selama beberapa jam atau hari.

Definisi Unit Gawat Darurat
Unit gawat darurat menurut Depkes (2005) adalah unit pelayanan rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
Sedangkan menurut Rumah Sakit Saiful Anwar (2012) mengatakan instalasi gawat darurat merupakan pintu utama sebuah rumah sakit yang diharapkan mampu memberikan pelayanan darurat dengan standar yang tinggi kepada masyarakat.

Prioritas Utama Penyebab Kegawatan
Semua keadaan yang mengakibatkan kegawatan yang menyangkut jalan napas, fungsi napas, fungsi sirkulasi, fungsi otak dan kesadaran seperti pada penyakit tertentu, obat-obatan narkotika atau reaksi anafilaktosis dan trauma.

Definisi Keperawatan Kegawatdaruratan
Rangkaian kegiatan praktik keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat.
Kegawatdaruratan dalam UU Keperawatan no 38 2014 diatur pada Pasal 35 yaitu Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, Perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan kompetensinya.
(1)    Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
(2)    Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan Klien.
(3)    Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
(4)    Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Kemampuan Petugas dan Profil Perawat Unit Gawat Darurat
Kemampuan minimal petugas di unit gawat darurat (UGD) menurut Depkes (1990) adalah :
1.      Membuka & membebaskan jalan nafas (airway)
2.      Memberikan ventilasi pulmoner & oksigenisasi (breathing)
3.      Memberikan sirkulasi artificial dengan jalan massage jantung luar (circulation)
4.      Menghentikan perdarahan, balut bidai, transportasi, pengenalan & penggunaan obat resusitasi, membuat & membaca rekaman EKG.
5.      Mampu mengatasi pasien : syok, gawat nafas, gagal jantung paru otak, kejang, koma, perdarahan, kolik, status asthmatikus, nyeri hebat daerah pinggul & kasus ortopedi.
6.      Mampu melaksanakan pencatatan & pelaporan yan askep .
7.      Mampu berkomunikasi : intern, ekstern

Perawat yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat mempunyai tuntutan dan profil sebagai berikut :
1.         Tuntutan harus dapat mengkaji dengan cepat sambil merencanakan intervensi serta berkolaborasi dengan dokter gawat darurat dalam rentang waktu yang relatif singkat.
2.         Tuntutan mendokumentasikan tindakan medis dan tindakan keperawatan termasuk waktu sesuai dengan standar yang disetujui.
3.         Orang terdekat dengan pasien
4.         Paling mengetahui perkembangan pasien saat dirawat, tanda – tanda kegawatan
5.         Mampu mengenal gejala dan pertolongan sebelum dokter datang
6.         Bertanggung jawab atas perkembangan dan tindakan yang telah dilakukan  pencatatan
7.         Berfikir dan berinisiatif melihat gejala pasien syok hipovolemik, interpretasi data  syok, produk urine, sirkulasi perifer, kehausan, kesadaran, atur posisi pasien, berikan oksigen, hangatkan perifer

Filosofi Dasar Pertolongan Pertama Gawat Darurat
1.      Universal
Kondisi kegawatan bisa terjadi kepada siapa saja, dan sifatnya luas karena disebabkan oleh apa saja yang dapat mengancam jalan napas, fungsi napas dan sirkulasi
2.      Penanganan oleh siapa saja
Penanganan kegawatan dapat dilakukan oleh siapa saja baik oleh awam umum seperti guru, pedagan atau awam khusus seperti polisi. Pertolongan segera diberikan oleh siapa saja yang menemukan pasien tersebut
3.      Penyelesaian berdasarkan masalah
Penanganan gawat darurat ditujukan pada pembebasan jalan napas, pengembalian fungsi napas dan sirkulasi serta fungsi otak. Adapun penyelesaian didasarkan pada apa yang menjadi causa kondisi kegawatan seperti kondisi trauma atau penyakit dalam. 

Prinsip Pertolongan Pertama Gawat Darurat
1.         Penanganan cepat dan tepat
2.         Pertolongan segera diberikan oleh siapa saja yang menemukan pasien tersebut
4.         Resusitasi diakhiri jika diketahui kemudian bahwa sesudah dimulai resusitasi, pasien ternyata berada dalam stadium suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi, atau hampir dapat dipastikan bahwa pasien tidak akan memperoleh kembali fungsi serebalnya yaitu sesudah selama ½- 1 jam terbukti tidak adanya nadi pada normotermia tanpa resusitasi jantung dan paru.

Primary Survey
Yaitu deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi fungsi organ vital yang terancam. Dalam waktu kurang dari 2- 5 menit (pediatri : 7 menit) dalam mengatasi kondisi pasien gawat penolong harus mampu menyimpulkan kondisi kegawatannya tanpa dukungan alat bantu diagnostic. Diantara tindakan yang dllakukan saat primarry survey adalah
1.   Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong
2.   Cek kesadaran pasien
 A (Alert) Coba bangunkan korban dengan suara normal. Bila korban tetap tidak sadar setelah dibangunkan maka lanjut ke poin V
V (Verbal) Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di telinga
korban ( pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh
pasien) jika tidak merespon lanjut ke P
P(Pain)Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah
menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga
dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata
(supra orbital)
U –> Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi
maka pasien berada dalam keadaan unresponsive
  1. Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelpon ambulans
4.   Memeriksa keadaan jalan napas dan fungsi napas dengan
a.    Look : Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut simetris
b.   Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian).
c.    Feel : Rasakan hembusan napas
  1. Memeriksa fungsi sirkulasi dengan cek perdarahan eksternal, internal, kaji syok perfusi dingin, nadi cepat, lemah, CRT,  memeriksa nadi karotis selama 10 detik, bila tidak teraba maka lakukan RJP.
  2. Memeriksa disability : kesadaran, trauma kepala

Secondary Survey
Adalah mencari perubahan fisik anatomis yang dapat berkembang menjadi gawat dan mengancam jiwa jika tidak segera diatasi. Dilakukan setelah primery survey tuntas, Dilakukan dengan alat. Pada kasus trauma setiap pemeriksaan selalu dimulai dengan pertanyaan : DECAPBLS (Deformitas, Ekskoriasi,Confusi, Abrasi, Penestrasi, Bullae/burn, Laserasi, Swelling) sedang pada dugaan fraktur selalu dimulai dengan pertanyaan PIC (Pain, Instabilitas, Crepitasi) Perhatikan tanda vital

Triage
Tindakan memilah-milah korban sesuai dengan tingkat kegawatannya untuk memperoleh prioritas tindakan. Pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma/penyakit serta kecepatan penanganannya atau pemindahannya.  Prioritas adalah penentuan mana yg harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan
Tindakan memilah-milah korban sesuai dengan tingkat kegawatannya untuk memperoleh prioritas tindakan. Pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma/penyakit serta kecepatan penanganannya atau pemindahannya.  Prioritas adalah penentuan mana yg harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan
1.    Gawat darurat – merah,
Korban dlm keadaan mengancam nyawa bila tdk segera ditolong atau korban yang membutuhkan stabilisasi. Misal : pasien syok dengan berbagai kausa, gangguan pernapasan, trauma kepala dengan pipil anisokor, perdarahan eksternal masif, gangguan jantung yang mengancam jiwa, luka bakar > 50 % atau luka bakar pada area thoraks.
Merah dalam hal ini misalnya pada pasien distress napas, luka tusuk dada, hipotensi, Combustio tingkat 2 > 25%, Problem kejiwaan yang serius
2.    Gawat tidak darurat – putih
Kelompok pasien parah dimana pertolongan tidak mempunyai arti bagi penyelamatan jiwanya.
3.    Tidak gawat, darurat- kuning,
Kelompok korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi dapat ditunda sementara atau korban tidak gawat memerlukan pertolongan medik untuk mencegah lebih gawat atau mencegah cacat. Misal : fraktur multipel. Fraktur femur, luka bakar luas, gangguan kesadaran/ trauma kepala, luka bakar minor, pada pasien patah tulang besar, trauma torak dan abdomen, laserasi luas, trauma bola mata
4.    Tidak gawat, tidak darurat – hijau,
Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda korban memerlukan tindakan medis tdk segera misalnya pada pasien kontusio dan laserasi otot ringan, combustio Tk II < 20% (kecuali daerah muka dan tangan)
5.    Meninggal – hitam
Pasien yg meninggal/Death on Arrival. Mati atau jelas cedera fatal.
Tidak mungkin diresusitasi.

Tanggung Jawab tim triage :
a.         Mencegah kerusakan berlanjut/ bertambah parah
b.        Memilah-milah korban
c.         Melindungi korban


Proses Keperawatan KegawatDaruratan
1.    Pengkajian : Data dikumpulkan
2.    Diagnosa : Data dianalisa untuk mengidentifikasi masalah pasien
3.    Perencanaan : Suatu rencana tindakan untuk dikembangkan
4.    Implementasi : Rencana dilaksanakan dalam tindakan
5.    Evaluasi : Hasil implementasi dievaluasi
6.    Dokumentasi


Klasifikasi Pasien
1.       Pasien Gawat Darurat  (Merah): Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya. Cedera berat yang perlukan tindakan dan transport segera : gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala / maksilo-fasial berat, Shok atau perdarahan berat, luka bakar berat.
2.       Pasien Gawat Tidak Darurat  (Kuning) : Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut. Cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat : cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi,fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala / tulang belakang leher,luka bakar ringan.
3.       Pasien Darurat Tidak Gawat : Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mêngancam nyawa dan anggota badannya, misanya luka sayat dangkal.
4.       Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat (Hijau) Misalnya pasien dengan ulcus tropiurn, TBC kulit, dan Cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera : cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas,cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas, gawat darurat psikologis.
5.       Kecelakaan (Accident) : Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehinga menimbulkan cedera (fisik. mental, sosial)

Sifat pasien gawat darurat
1.   Perlu pertolongan segera, cepat, tepat dan aman
2.   Mempunyai masalah patologis, psikososial, lingkungan, keluarga
3.   Tidak sabar menunggu informasi
4.   Unik

Profil Perawat gawat darurat
1.   Orang terdekat dengan pasien
2.   Paling mengetahui perkembangan pasien saat dirawat tanda – tanda kegawatan
3.   Mampu mengenal gejala dan pertolongan sebelum dokter datang
4.   Bertanggung jawab atas perkembangan dan tindakan yang telah dilakukan pencatatan
5.   Berfikir dan berinisiatif  melihat gejala pasien syok hipovolemik interpretasi data  syok ? Produk urine, sirkulasi perifer, kehausan, kesadaran  atur posisi pasien, berikan oksigen, hangatkan perifer

Peran perawat sesuai lokakarya nasional keperawatan th 1993 :
1.   Sebagai tenaga pelaksana pelayanan keperawatan dimana meliputi : pemberi asuhan keperawatan selama 24 jam terus menerus berkesinambungan, turut serta dalam klb. (care giver) , pelindung pasien (advocate) , sebagai penasehat (counsellor), sebagai pendidik , sebagai koordinator , sebagai kolaborator ,sebagai konsultan , Merawat & menjaga keutuhan alat agar siap pakai , Sebagai operator untuk alat kedokteran : ekg, defibrilator, respirator, nebulizer, monitor jantung,
2.   Sebagai pengelola dalam bidang pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan keperawatan
3.   Sebagai pendidik dalam ilmu keperawatan
4.   Sebagai peneliti
5.   Sebagai komunikator .

Fungsi Perawat Gawat Darurat
1.    Fungsi independen : fungsi mandiri berkaitan dengan pemberian asuhan (care)
2.    Fungsi dependen : fungsi yang didelegasikan sepenuhnya atau sebagian dari profesi lain
3.    Fungsi kolaboratif : Kerjasama saling membantu dlm program kes. (Perawat sebagai anggota Tim Kes.)

Faktor-faktor yang menjadi stressor bagi perawat dalam unit perawatan kritis
1.    Konflik interpersonal dengan perawat
2.    Memberi perawatan pada pasien sakit
3.    Isu-isu mengenai administrator dan manajer keperawatan seperti : pola komunikasi, pemantauan dan perencanaan staf, penghargaan termasuk gaji, promosi dan kesempatan memperoleh pendidikan.
4.    Isu etik yang berhubungan dengan pasien yang menjelang ajal
5.    Konflik interpersonal dengan dokter
  1. lingkungan instalasi gawat darurat yang penuh dengan tekanan beban kerja yang tinggi
  2. hubungan perawat dengan teman sejawat yang kurang harmonis
  3. tuntutan yang tinggi terhadap kemampuan perawat dalam melakukan pelayanan

Upaya Dan Solusi Di Instalasi Gawat Darurat (Schriver Et Al, 2003)
  1. memperbaiki beban rasio antara perawat dengan pasien
  2. mengembalikan fungsi tugas perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan kepada pasien beserta keluarganya
  3. mengembangkan sikap saling mendukung dan kekeluargaan antar sesama perawat dan dokter,
  4. membuat penjadwalan shift dengan lebih efisien
  5. meningkatkan kesejahteraan perawat serta ikut terlibat dalam pengembangan pendidikan keperawatan melalui praktek klinik

Kelompok kasus yang perlu penanganan segera karena adanya ancaman kecacatan
1. Fraktur tulang disertai cedera pada Persyarafan
2. Crush injury
3. Sindroma kompartemen


Seberapa sering pasien harus dikaji menurut The Joint Communication on Accreditation of Healthcare Organization (JCAHO)
       Kebijakan setiap institusi
       Dilakukan pengkajian ulang:
  1. Perubahan kondisi pasien
  2. Respon pasien dari setiap perawatan/ tindakan/pengobatan
  3. Penurunan kondisi pasien
  4. Respon pasien/keluarga dari setiap edukasi

Proses pendokumentasian pada tahap triage meliputi waktu dan datangnya alat transportasi, Keluhan utama saat pasien datang, pengkodean warna prioritas setelah ditriage dan  Intervensi awal yang diberikan. (Iyer & Camp, 2005)


DAFTAR PUSTAKA
RS SOETOMO-FK UNAIR. (2008). Materi Medis Teknis Standard Pelatihan GELS & PPGD. Surabaya
RS SOETOMO-FK UNAIR. (2008). Materi Pelatihan Perawat ICU. Surabaya.
Hudak & Gallo. (2000). Buku Ajar Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC

LATIHAN
Silakan anda baca kasus di bawah ini dan buatlah prioritas pertolongan yang harus anda dahulukan.
Terjadi sebuah kecelakaan bus pariwisata dengan penumpang 60 orang. Jumlah korban meninggal 5 orang, 5 luka berat dan 20 luka ringan. Rincian luka sebagai berikut :
  1. Terdapat luka terbuka di paha kanan disertai deformitas dan penonjolan tulang,  luka babras di tangan dan kaki, nadi 100 x/ menit , akral dingin, pucat, napas cepat , korban mengerang kesakitan.
  2. Mengalami penurunan kesadaran, terdapat perdarahan di hidung dan telinga kanan, racoon eyes, luka robek di kepala sekitar 5 cm dan mengeluarkan darah. Nadi 84 x/ menit, napas 20 kali/ menit , akral dingin dan pucat
  3. Mengalami penurunan kesadaran, terdapat fraktur depresi di kepala kanan, deformitas wajah , tangan kiri dan abrasi di kaki kanan. Nadi 100x/menit , rr 18 x/ menit
  4. Korban mengeluh sesak dan nyeri dada kanan, akral dingin dan pucat, terdapat jejas di dada sebelah kanan , terdapat gerakkan paradoksal di dada kanan. HR 110 x/ menit, korban tidak dapat berjalan sendiri.
  5. Korban mengeluh nyeri di abdomen, sesak napas, jejas pada perut sebelah kanan atas, akral dingin dan pucat, deformitas lengan bawah bagian kiri, nadi 110x/menit, rr 30 x/menit , korban tidak bisa berjalan sendiri.  



MATERI KONSEP GAWAT DARURAT : https://drive.google.com/file/d/169ntOS0zCE2nrTd4VGOYG2WQLdNUzkQ5/view?usp=sharing


LEGAL ETIK GAWAT DARURAT
https://drive.google.com/file/d/14o1zlRurOHIEPBhQUOSgVz0feOpTdfmb/view?usp=sharing


KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG IGD
https://drive.google.com/file/d/11ffj3kY0YRlt684vxxkJVsyZEt5pN6d_/view?usp=sharing










Komentar

Postingan populer dari blog ini

OBAT EMERGENCY

OBAT EMERGENCY DENGAN PENGGUNAAN SYIRINGE PUMP Obat emergency merupakan obat-obatan yang dibutuhkan untuk mengatasi keadaan gawat darurat. Sebaiknya disiapkan dan disediakan ditempat yang mudah terjangkau dan pemberiannya berdasarkan pada keadaan pasien tersebut. Pemberian obat selalu mengacu pada 5T dan 1W dimana yang dimaksud adalah (Tepat obat, Tepat waktu, tepat orang, tepat dosis, tepat cara ) dan Waspada terhadap efek samping obat tersebut. Berikut yang termasuk obat-obatan yang sering diberikan secara berkesinambungan adalah adrenalin, dopamin, dobutamin, herbesser . Pemberian obat yang tidak dirancang dengan benar dapat berakibat fatal atau tidak berkhasiat sama sekali. PRINSIP PEMBERIAN Pemberian obat selalu mengacu pada 5T dan 1W (Tepat obat, Tepat waktu, tepat orang, tepat dosis, tepat cara ) dan Waspada terhadap efek samping obat tersebut. PERHITUNGAN OBAT :  Pasien dengan BB 50Kg, mendapatkan terapi dopamin dengan dosis 5mcg/Kg/Menit. Sediaan dopamin yan

Pemeriksaan fisik sistem pernapasan

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERNAPASAN (B1) INSPEKSI 1.     Wawancara pasien terkait keluhan sesak napas, nyeri dada ,  batuk, pengeluaran sputum dan batuk darah. Adapun masing – masing pemeriksaan akan dijelaskan sebagai berikut : a.     Derajat Sesak Nafas Derajat Sesak Keluhan Sesak Derajat I Sesak bila aktivitas berat, aktivitas sehari-hari baik Derajat II Sesak bila naik tangga Derajat III Aktivitas sehari-hari terasa sesak Derajat IV Pekerjaan ringan terasa sesak, istirahat tidak sesak Derajat V Istirahat tetap sesak (hidup tergantung O 2 ) b.     Nyeri dada Keluhan Nyeri Dada Kemungkinan Diagnosis Nyeri Dada Mendadak  Peny. Jantung   Pneumotoraks Nyeri Seperti Ditusuk Pleuritis Peny. Jantung  (Angina) Pneumotoraks Nyeri Dada Rasa Keme

PENGAJUAN KEANGGOTAAN HIPGABI JAWA TIMUR

Kepada Yth. Sejawat perawat Gawat Darurat Di Jawa Timur Assalamualaikum wr wb Bapak ibu dulur yang akan mengajukan keanggotaan HIPGABI , kini sudah dapat mengisi data data di link  bit.ly/form-anggota-hipgabi . Adapun syarat data yang harus anda lengkapi sebelum klik link adalah : 1. NIRA 2. Alamat dan nomor ponsel 3. Foto 3x4 pakaian resmi Atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih HIPGABI # Bersatu # Berkualitas # Sejahtera Berikut adalah daftar pengajuan yang akan diproses beserta keterangannya No Nama Nira Institusi KET 1 Yudisa Diaz Lutfi Sandi, Ns., M.Kep 35210213331 Akper Pemkab Ngawi LENGKAP 2 Rizky Fajar Bahtiar,S.St 35730327236 Rumah Sakit Universitas Brawijaya LENGKAP 3 Khotimah, S. Kep., Ns., M. Kes 35170232243 Unipdu Jombang LENGKAP 4 Guruh Wirasakti, S.Kep.,Ns.,M.Kep. 35730479034 STIKES dr. Soebandi Jember LENGKAP