Konsep Keperawatan
Kegawatdaruratan
Oleh
Merina Widyastuti,M.Kep
Pelayanan gawat darurat
Pelayanan gawat darurat merupakan
salah satu komponen pelayanan di rumah sakit yang dilaksanakan instalasi gawat
darurat. Adapun tugas dari instalasi gawat darurat adalah menyelenggarakan
asuhan medis dan asuhan keperawatan serta pelayanan pembedahan darurat yang
dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya
(Marquis & Huston, 2010).
Instalasi
Gawat Darurat yang merupakan pintu utama sebuah rumah sakit diharapkan mampu
memberikan pelayanan darurat dengan standar yang tinggi kepada masyarakat
(RSSA, 2012). Angka morbiditas dan mortalitas pasien dengan kondisi gawat
tergantung pada cepat dan tepatnya pelayanan pertama yang didapatkan di
instalasi gawat darurat. Menurut data WHO pada tahun 2011 mencatat bahwa 30 %
kasus kematian pasien di pelayanan gawat darurat disebabkan karena cedera , dan
45 % karena penyakit dalam. Namun belum ada riset yang pernah dilakukan untuk
mencatat pula kepuasan pasien terhadap pelayanan gawat darurat di Indonesia.
Hal ini tidak terlepas dari standar pelayanan yang diberikan oleh instalasi
gawat darurat secara umum di Indonesia. Kesiapan IGD serta sistem pelayanan gawat darurat yang
terpadu antara Fasilitas kesehatan satu dengan lainnya, akan memberikan nilai
tambah dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, tidak hanya terhadap
kasus Gawat Darurat sehari-hari, tetapi juga sekaligus kesiapan bila setiap
saat terjadi bencana di wilayah Indonesia.
Penanggulangan gawat
darurat menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip Time Saving is Life
and Limb Saving. Tujuan dari pelayanan gawat darurat
ini adalah untuk memberikan pertolongan pertama bagi pasien yang datang dan
menghindari berbagai resiko, seperti: kematian , menanggulangi korban
kecelakaan, atau bencana lainn yang langsung membutuhkan tindakan. Pelayanan
Unit Gawat Darurat adalah salah satu ujung tombak pelayanan kesehatan di sebuah
rumah sakit. Pelayanan pada Unit Gawat Darurat untuk pasien yang datang akan
langsung dilakukan tindakan sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya. Dengan
demikian harapan hidup dan tingkat keberhasilan
yang akan dicapai dari suatu pelayanan gawat darurat sesuai dengan standar
pelayanan yang dimiliki. Pelayanan di tingkat Rumah Sakit Pelayanan gawat
darurat meliputi suatu system terpadu yang dipersiapkan mulai dari IGD, HCU,
ICU dan kamar jenazah serta rujukan antar RS mengingat kemampuan tiap-tiap
rumah sakit untuk penanganan efektif (pasca gawat darurat) disesuaikan dengan
Kelas Rumah Sakit.
Definisi
Kegawatan
Kegawatan
adalah suatu keadaan yang menimpa seseorang yang dapat menyebabkan sesuatu yang
mengancam jianya dalam arti memerlukan pertolongan tepat, cermat dan cepat bila
tidak maka seseorang tersebut dapat mati atau menderita cacat.
Definisi
Mati
Resusitasi
mutakhir telah membawa perubahan-perubahan pada definisi kematian. Adapun
beberapa definisi kematian adalah sebagai berikut.
1.
Mati
batang otak
Kematian batang otak didefinisikan
sebagai hilangnya seluruh fungsi otak, termasuk fungsi batang otak, secara
ireversibel. Tiga tanda utama manifestasi kematian batang otak adalah koma
dalam, hilangnya seluruh reflex batang otak, dan apneu. Adapun ciri yang lain
adalah Tidak ada respon cahaya, tidak ada refleks kornea, Tidak ada pernapasan
spontan, Tidak ada sikap tubuh normal, Tidak ada refleks muntah/refleks batuk
2.
Mati
klasik
Mati
klasik dalam hal ini dapat berarti mati klinis lalu menjadi mati biologis. Mati
klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah henti
sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak
ireversibel. Pada masa dini kematian inilah, pemulaian resusitasi dapat diikuti
dengan pemulihan semua fungsi sistem organ vital termasuk fungsi otak normal,
asalkan diberi terapi optimal.
Mati
biologis (kematian semua organ) selalu mengikuti mati klinis bila tidak
dilakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau bila upaya resusitasi dihentikan.
Mati biologis merupakan proses nekrotisasi semua jaringan, dimulai dengan
neuron otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa sirkulasi,
diikuti oleh jantung, ginjal, paru dan hati yang menjadi nekrotik selama
beberapa jam atau hari.
Definisi
Unit Gawat Darurat
Unit
gawat darurat menurut Depkes (2005) adalah unit pelayanan rumah sakit yang
memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan
secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
Sedangkan
menurut Rumah Sakit Saiful Anwar (2012) mengatakan instalasi gawat darurat
merupakan pintu utama sebuah rumah sakit yang diharapkan mampu memberikan
pelayanan darurat dengan standar yang tinggi kepada masyarakat.
Prioritas
Utama Penyebab Kegawatan
Semua
keadaan yang mengakibatkan kegawatan yang menyangkut jalan napas, fungsi napas,
fungsi sirkulasi, fungsi otak dan kesadaran seperti pada penyakit tertentu,
obat-obatan narkotika atau reaksi anafilaktosis dan trauma.
Definisi
Keperawatan Kegawatdaruratan
Rangkaian
kegiatan praktik keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh perawat yang
kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat.
Kegawatdaruratan
dalam UU Keperawatan no 38 2014 diatur pada Pasal 35 yaitu Dalam keadaan darurat untuk
memberikan pertolongan pertama, Perawat dapat melakukan tindakan medis dan
pemberian obat sesuai dengan kompetensinya.
(1)
Pertolongan
pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menyelamatkan nyawa
Klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
(2)
Keadaan
darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang mengancam
nyawa atau kecacatan Klien.
(3)
Keadaan
darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat sesuai
dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
(4)
Ketentuan
lebih lanjut mengenai keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri.
Kemampuan
Petugas dan Profil Perawat Unit Gawat Darurat
Kemampuan
minimal petugas di unit gawat darurat (UGD) menurut Depkes (1990) adalah :
1.
Membuka
& membebaskan jalan nafas (airway)
2.
Memberikan
ventilasi pulmoner & oksigenisasi (breathing)
3.
Memberikan
sirkulasi artificial dengan jalan massage jantung luar (circulation)
4.
Menghentikan
perdarahan, balut bidai, transportasi, pengenalan & penggunaan obat
resusitasi, membuat & membaca rekaman EKG.
5.
Mampu
mengatasi pasien : syok, gawat nafas, gagal jantung paru otak, kejang, koma,
perdarahan, kolik, status asthmatikus, nyeri hebat daerah pinggul & kasus
ortopedi.
6.
Mampu
melaksanakan pencatatan & pelaporan yan askep .
7.
Mampu
berkomunikasi : intern, ekstern
Perawat
yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat mempunyai tuntutan dan profil sebagai
berikut :
1.
Tuntutan
harus dapat mengkaji dengan cepat sambil merencanakan intervensi serta
berkolaborasi dengan dokter gawat darurat dalam rentang waktu yang relatif
singkat.
2.
Tuntutan
mendokumentasikan tindakan medis dan tindakan keperawatan termasuk waktu sesuai
dengan standar yang disetujui.
3.
Orang
terdekat dengan pasien
4.
Paling
mengetahui perkembangan pasien saat dirawat, tanda – tanda kegawatan
5.
Mampu
mengenal gejala dan pertolongan sebelum dokter datang
6.
Bertanggung
jawab atas perkembangan dan tindakan yang telah dilakukan pencatatan
7.
Berfikir
dan berinisiatif melihat gejala pasien syok hipovolemik, interpretasi data syok, produk urine, sirkulasi perifer,
kehausan, kesadaran, atur posisi pasien, berikan oksigen, hangatkan perifer
Filosofi
Dasar Pertolongan Pertama Gawat Darurat
1.
Universal
Kondisi
kegawatan bisa terjadi kepada siapa saja, dan sifatnya luas karena disebabkan
oleh apa saja yang dapat mengancam jalan napas, fungsi napas dan sirkulasi
2.
Penanganan
oleh siapa saja
Penanganan
kegawatan dapat dilakukan oleh siapa saja baik oleh awam umum seperti guru,
pedagan atau awam khusus seperti polisi. Pertolongan segera diberikan oleh
siapa saja yang menemukan pasien tersebut
3.
Penyelesaian
berdasarkan masalah
Penanganan
gawat darurat ditujukan pada pembebasan jalan napas, pengembalian fungsi napas
dan sirkulasi serta fungsi otak. Adapun penyelesaian didasarkan pada apa yang
menjadi causa kondisi kegawatan seperti kondisi trauma atau penyakit
dalam.
Prinsip Pertolongan Pertama Gawat
Darurat
1.
Penanganan
cepat dan tepat
2.
Pertolongan
segera diberikan oleh siapa saja yang menemukan pasien tersebut
4.
Resusitasi
diakhiri jika diketahui kemudian bahwa sesudah dimulai resusitasi, pasien
ternyata berada dalam stadium suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi,
atau hampir dapat dipastikan bahwa pasien tidak akan memperoleh kembali fungsi
serebalnya yaitu sesudah selama ½- 1 jam terbukti tidak adanya nadi pada
normotermia tanpa resusitasi jantung dan paru.
Primary
Survey
Yaitu
deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi fungsi organ vital yang
terancam. Dalam waktu kurang dari 2- 5 menit (pediatri : 7 menit) dalam
mengatasi kondisi pasien gawat penolong harus mampu menyimpulkan kondisi
kegawatannya tanpa dukungan alat bantu diagnostic. Diantara tindakan yang
dllakukan saat primarry survey adalah
1.
Pastikan
kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong
2.
Cek
kesadaran pasien
A (Alert) Coba bangunkan korban dengan suara
normal. Bila korban tetap tidak sadar setelah dibangunkan maka lanjut ke poin V
V (Verbal) Cobalah
memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di telinga
korban ( pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh
pasien) jika tidak merespon lanjut ke P
korban ( pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh
pasien) jika tidak merespon lanjut ke P
P(Pain)Cobalah beri rangsang
nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah
menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga
dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata
(supra orbital)
menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga
dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata
(supra orbital)
U –> Unresponsive : Setelah
diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi
maka pasien berada dalam keadaan unresponsive
maka pasien berada dalam keadaan unresponsive
- Call for Help, mintalah
bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelpon ambulans
4.
Memeriksa
keadaan jalan napas dan fungsi napas dengan
a.
Look : Lihat apakah ada gerakan
dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut simetris
b.
Listen : Dengarkan apakah ada suara
nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul
karena ada hambatan sebagian).
c.
Feel
: Rasakan
hembusan napas
- Memeriksa fungsi
sirkulasi dengan cek perdarahan eksternal, internal, kaji syok perfusi
dingin, nadi cepat, lemah, CRT,
memeriksa nadi karotis selama 10 detik, bila tidak teraba maka
lakukan RJP.
- Memeriksa disability :
kesadaran, trauma kepala
Secondary
Survey
Adalah
mencari
perubahan fisik anatomis yang dapat berkembang menjadi gawat dan mengancam jiwa
jika tidak segera diatasi. Dilakukan setelah primery survey tuntas, Dilakukan
dengan alat. Pada kasus trauma setiap pemeriksaan selalu dimulai dengan
pertanyaan : DECAPBLS (Deformitas, Ekskoriasi,Confusi, Abrasi, Penestrasi,
Bullae/burn, Laserasi, Swelling) sedang pada dugaan fraktur selalu dimulai
dengan pertanyaan PIC (Pain, Instabilitas, Crepitasi) Perhatikan tanda
vital
Triage
Tindakan memilah-milah korban
sesuai dengan tingkat kegawatannya untuk memperoleh prioritas tindakan.
Pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma/penyakit
serta kecepatan penanganannya atau pemindahannya. Prioritas adalah penentuan mana yg harus
didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan
Tindakan
memilah-milah korban sesuai dengan tingkat kegawatannya untuk memperoleh
prioritas tindakan. Pengelompokan
korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma/penyakit serta kecepatan
penanganannya atau pemindahannya.
Prioritas adalah penentuan mana yg harus didahulukan mengenai penanganan
dan pemindahan
1. Gawat darurat – merah,
Korban dlm keadaan mengancam
nyawa bila tdk segera ditolong atau korban yang membutuhkan stabilisasi. Misal
: pasien syok dengan berbagai kausa, gangguan pernapasan, trauma kepala dengan
pipil anisokor, perdarahan eksternal masif, gangguan jantung yang mengancam
jiwa, luka bakar > 50 % atau luka bakar pada area thoraks.
Merah dalam hal ini misalnya
pada pasien distress napas, luka tusuk dada, hipotensi, Combustio tingkat 2
> 25%, Problem kejiwaan yang serius
2. Gawat tidak darurat – putih
Kelompok pasien parah dimana
pertolongan tidak mempunyai arti bagi penyelamatan jiwanya.
3. Tidak gawat, darurat- kuning,
Kelompok korban yang
memerlukan pengawasan ketat tetapi dapat ditunda sementara atau korban tidak
gawat memerlukan pertolongan medik untuk mencegah lebih gawat atau mencegah cacat.
Misal : fraktur multipel. Fraktur femur, luka bakar luas, gangguan kesadaran/
trauma kepala, luka bakar minor, pada pasien patah tulang besar, trauma torak
dan abdomen, laserasi luas, trauma bola mata
4. Tidak gawat, tidak darurat – hijau,
Kelompok korban yang tidak
memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda korban memerlukan
tindakan medis tdk segera misalnya pada pasien kontusio dan laserasi otot
ringan, combustio Tk II < 20% (kecuali daerah muka dan tangan)
5. Meninggal – hitam
Pasien yg meninggal/Death on
Arrival. Mati atau jelas cedera fatal.
Tidak mungkin diresusitasi.
Tidak mungkin diresusitasi.
Tanggung Jawab tim triage :
a.
Mencegah
kerusakan berlanjut/ bertambah parah
b.
Memilah-milah
korban
c.
Melindungi
korban
Proses Keperawatan KegawatDaruratan
1.
Pengkajian
: Data dikumpulkan
2.
Diagnosa
: Data dianalisa untuk mengidentifikasi masalah pasien
3.
Perencanaan
: Suatu rencana tindakan untuk dikembangkan
4.
Implementasi
: Rencana dilaksanakan dalam tindakan
5.
Evaluasi
: Hasil implementasi dievaluasi
6.
Dokumentasi
Klasifikasi Pasien
1.
Pasien
Gawat Darurat (Merah): Pasien yang
tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya. Cedera berat yang perlukan tindakan dan transport
segera : gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala / maksilo-fasial
berat, Shok atau perdarahan berat, luka bakar berat.
2.
Pasien
Gawat Tidak Darurat (Kuning) : Pasien
berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya
kanker stadium lanjut. Cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa
dalam waktu dekat : cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan
respirasi,fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala / tulang belakang leher,luka
bakar ringan.
3.
Pasien
Darurat Tidak Gawat : Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak
mêngancam nyawa dan anggota badannya, misanya luka sayat dangkal.
4.
Pasien
Tidak Gawat Tidak Darurat (Hijau) Misalnya pasien dengan ulcus tropiurn, TBC
kulit, dan Cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera : cedera
jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas,cedera maksilo-fasial tanpa
gangguan jalan nafas, gawat darurat psikologis.
5.
Kecelakaan
(Accident) : Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang
datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehinga menimbulkan cedera (fisik.
mental, sosial)
Sifat pasien gawat darurat
1. Perlu pertolongan segera, cepat, tepat dan aman
2. Mempunyai masalah patologis, psikososial, lingkungan,
keluarga
3. Tidak sabar menunggu informasi
4. Unik
Profil Perawat gawat darurat
1. Orang terdekat dengan pasien
2. Paling mengetahui perkembangan pasien saat dirawat
tanda – tanda kegawatan
3. Mampu mengenal gejala dan pertolongan sebelum dokter
datang
4. Bertanggung jawab atas perkembangan dan tindakan yang
telah dilakukan pencatatan
5. Berfikir dan berinisiatif melihat gejala pasien syok hipovolemik
interpretasi data syok ? Produk urine,
sirkulasi perifer, kehausan, kesadaran atur posisi pasien, berikan oksigen, hangatkan
perifer
Peran perawat sesuai lokakarya nasional keperawatan th
1993 :
1. Sebagai tenaga pelaksana pelayanan keperawatan dimana
meliputi : pemberi asuhan keperawatan selama 24 jam terus menerus
berkesinambungan, turut serta dalam klb. (care giver) , pelindung pasien
(advocate) , sebagai penasehat (counsellor), sebagai pendidik , sebagai
koordinator , sebagai kolaborator ,sebagai konsultan , Merawat & menjaga
keutuhan alat agar siap pakai , Sebagai operator untuk alat kedokteran : ekg,
defibrilator, respirator, nebulizer, monitor jantung,
2. Sebagai pengelola dalam bidang pelayanan keperawatan
dan institusi pendidikan keperawatan
3. Sebagai pendidik dalam ilmu keperawatan
4. Sebagai peneliti
5. Sebagai komunikator .
Fungsi Perawat Gawat Darurat
1.
Fungsi
independen : fungsi mandiri berkaitan dengan pemberian asuhan (care)
2. Fungsi dependen : fungsi yang didelegasikan sepenuhnya
atau sebagian dari profesi lain
3.
Fungsi
kolaboratif : Kerjasama saling membantu dlm program kes. (Perawat sebagai
anggota Tim Kes.)
Faktor-faktor yang menjadi stressor bagi perawat dalam
unit perawatan kritis
1.
Konflik
interpersonal dengan perawat
2.
Memberi
perawatan pada pasien sakit
3.
Isu-isu
mengenai administrator dan manajer keperawatan seperti : pola komunikasi,
pemantauan dan perencanaan staf, penghargaan termasuk gaji, promosi dan
kesempatan memperoleh pendidikan.
4.
Isu
etik yang berhubungan dengan pasien yang menjelang ajal
5.
Konflik
interpersonal dengan dokter
- lingkungan instalasi gawat
darurat yang penuh dengan tekanan beban kerja yang tinggi
- hubungan perawat dengan teman
sejawat yang kurang harmonis
- tuntutan yang tinggi terhadap
kemampuan perawat dalam melakukan pelayanan
Upaya Dan Solusi Di Instalasi Gawat
Darurat (Schriver Et Al, 2003)
- memperbaiki beban rasio
antara perawat dengan pasien
- mengembalikan fungsi
tugas perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan kepada pasien beserta
keluarganya
- mengembangkan sikap
saling mendukung dan kekeluargaan antar sesama perawat dan dokter,
- membuat penjadwalan shift
dengan lebih efisien
- meningkatkan
kesejahteraan perawat serta ikut terlibat dalam pengembangan pendidikan
keperawatan melalui praktek klinik
Kelompok kasus yang perlu penanganan segera karena
adanya ancaman kecacatan
1. Fraktur
tulang disertai cedera pada Persyarafan
2. Crush
injury
3. Sindroma
kompartemen
Seberapa
sering pasien harus dikaji menurut The Joint Communication on Accreditation of
Healthcare Organization (JCAHO)
•
Kebijakan setiap institusi
•
Dilakukan pengkajian ulang:
- Perubahan
kondisi pasien
- Respon
pasien dari setiap perawatan/ tindakan/pengobatan
- Penurunan
kondisi pasien
- Respon
pasien/keluarga dari setiap edukasi
Proses
pendokumentasian pada tahap triage meliputi waktu dan datangnya alat transportasi,
Keluhan utama saat pasien datang, pengkodean warna prioritas setelah ditriage dan Intervensi awal yang diberikan. (Iyer & Camp, 2005)
DAFTAR PUSTAKA
RS
SOETOMO-FK UNAIR. (2008). Materi Medis Teknis Standard Pelatihan GELS &
PPGD. Surabaya
RS
SOETOMO-FK UNAIR. (2008). Materi Pelatihan Perawat ICU. Surabaya.
Hudak
& Gallo. (2000). Buku Ajar Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta
: EGC
LATIHAN
Silakan anda baca kasus di bawah ini
dan buatlah prioritas pertolongan yang harus anda dahulukan.
Terjadi
sebuah kecelakaan bus pariwisata dengan penumpang 60 orang. Jumlah korban meninggal
5 orang, 5 luka berat dan 20 luka ringan. Rincian luka sebagai berikut :
- Terdapat luka terbuka di paha
kanan disertai deformitas dan penonjolan tulang, luka babras di tangan dan kaki, nadi 100
x/ menit , akral dingin, pucat, napas cepat , korban mengerang kesakitan.
- Mengalami penurunan kesadaran,
terdapat perdarahan di hidung dan telinga kanan, racoon eyes, luka robek
di kepala sekitar 5 cm dan mengeluarkan darah. Nadi 84 x/ menit, napas 20
kali/ menit , akral dingin dan pucat
- Mengalami penurunan kesadaran,
terdapat fraktur depresi di kepala kanan, deformitas wajah , tangan kiri
dan abrasi di kaki kanan. Nadi 100x/menit , rr 18 x/ menit
- Korban mengeluh sesak dan nyeri
dada kanan, akral dingin dan pucat, terdapat jejas di dada sebelah kanan ,
terdapat gerakkan paradoksal di dada kanan. HR 110 x/ menit, korban tidak
dapat berjalan sendiri.
- Korban mengeluh nyeri di abdomen,
sesak napas, jejas pada perut sebelah kanan atas, akral dingin dan pucat,
deformitas lengan bawah bagian kiri, nadi 110x/menit, rr 30 x/menit ,
korban tidak bisa berjalan sendiri.
MATERI KONSEP GAWAT DARURAT : https://drive.google.com/file/d/169ntOS0zCE2nrTd4VGOYG2WQLdNUzkQ5/view?usp=sharing
LEGAL ETIK GAWAT DARURAT
https://drive.google.com/file/d/14o1zlRurOHIEPBhQUOSgVz0feOpTdfmb/view?usp=sharing
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG IGD
https://drive.google.com/file/d/11ffj3kY0YRlt684vxxkJVsyZEt5pN6d_/view?usp=sharing
Komentar
Posting Komentar