PENGALAMAN
PRAKTEK KLINIK MAHASISWA KEPERAWATAN
DI
INSTALASI GAWAT DARURAT : STUDI FENOMENOLOGI
Merina Widyastuti
Staf Akademik Program Pendidikan Ners STIKES Hang Tuah
Surabaya
Abstrak
Pembelajaran
praktek klinik keperawatan di lahan praktek rumah sakit sampai saat ini masih
memiliki permasalahan yang kompleks. Pembelajaran praktek klinik di intalasi gawat
darurat adalah salah komponen terpenting dalam pendidikan keperawatan. Instalasi gawat darurat
memiliki karakteristik ruangan unik yang dimana beban kerja cukup tinggi dan hal ini juga
mempengaruhi proses pembimbingan klinik di tatanan gawat
darurat. Tentu saja situasi instalasi gawat darurat yang unik ditambah dengan
karakterstik pembimbing klinik yang berbeda beda membuat mahasiswa memiliki
beban stressor tersendiri dalam hal proses belajar mengajar. Padahal praktek klinik merupakan waktu dimana mahasiswa akan
menerapkan keilmuan yang selama ini didapatkan di kelas dan harus berhadapan
dengan situasi nyata terkait penanganan pasien dalam hal ini adalah setting
kegawatdaruratan. Keberadaan generasi penerus perawat yang berkualitas sangat
diharapkan dan proses pengkaderan perawat baru juga berawal dari pendidikan
keperawatan di lahan praktek yang berkualitas. Tujuan penelitian ini adalah
mengungkap fenomena pengalaman praktek klinik mahasiswa keperawatan di
instalasi gawat darurat. Pendekatan kualitatif dengan desain fenomenologi interpretif sesuai filosofi
Heidegger digunakan dalam penelitian ini. Data dikumpulkan dengan metode
wawancara tidak terstruktur, diskripsi jurnal dan dianalisis dengan menggunakan
tehnik analisa data Van Manen. Sebanyak lima mahasiswa
S1 semester 6 yang menjalani praktek klinik pertama kali di intalasi gawat
darurat berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian adalah
diidentifikasinya satu tema inti yaitu aktualisasi diri
sebagai perawat junior. Tema inti ini dibentuk dari dua tema besar yaitu tantangan penuh tekanan dan hubungan yang unik dengan perawat senior. Berdasarkan hasil penelitian direkomendasikan bagi institusi
pendidikan untuk mempersiapkan mahasiswa baik secara kognitif, afektif dan
psikomotor sebelum memasuki IGD dan melakukan komunikasi yang efektif dengan
pembimbing klinik di lahan praktek, Selanjutnya direkomendasikan
bagi institusi lahan praktek untuk memberikan batasan yang jelas mengenai tugas dan
tanggung jawab pembimbing klinik dalam proses
pembimbingan mahasiswa serta mempersiapkan kondisi yang kondusif untuk
meningkatkan perannya sebagai rumah sakit pendidikan dengan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia pembimbing klinik.
Kata kunci: Mahasiswa, praktek klinik , instalasi gawat
darurat
Abstract
The clinical practice for nursing education
today still has complex problems. Clinical learning is the major component of
nursing education.. Emergency department has unique nature where overload
workforce and it requires influence clinical practice education.
Certainly the situation unique emergency
department with the different characteristics of clinical instructor makes
students have separate stressor burden in terms of teaching and learning
process. However clinical practice is a
time students appllied what they had been learned in the classroom and have to
deal with the real situation related to the handling of the patient in this
case is the emergency setting. Nursing students face many uncomfortable
situations. The existence of the next generation of qualified nurses is
expected and the cadre of new nurses also originated from the quality of clinical practice nursing education.The purpose of this study was to reveal the phenomenon of student’s experience in emergency department. Qualitative approach with an interpretive phenomenology based on
Heidegger philosophy through
unstructured
interview techniques was used in this study. Methods of data analysis applied in this study was based on Van
Manen. The samples selected in this study consisted of five participants. The
result of this study indicated one core theme in term of self actualization as
junior nurse. This core theme was generated from two major themes , namely
challenge of full pressure and uniquely relationship between senior’s nurse. The
results of this research is important to be taken by educational institutions, in order to preparing their
students before entering clinical practice into ED and communincating
effectively to clinical instructor at practical setting. Subsequently recommended for practical setting to promote their role as educational hospital
as to increase human quality source as clinical instructors.
Key words: Student
, Clinical practice, Emergency department
LATAR BELAKANG
Instalasi gawat
darurat memiliki karakteristik ruangan unik yang dimana beban kerja cukup
tinggi dan memerlukan tindakan penanganan yang cepat, tepat dan trampil. Dengan
demikian untuk menjadi pembimbing klinik di tatanan gawat darurat merupakan
tantangan tersendiri bagi seorang perawat (Schriver et al, 2003).
Menurut Shin (2000) pembentukan perilaku
profesional harus dimulai pada tatanan pendidikan akademik dan berlanjut pada
pembelajaran di tatanan nyata klinik oleh role
model yang kompeten. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran klinik
harus memerlukan perhatian yang khusus terkait keberlanjutan kualitas generasi
penerus perawat berikutnya.
Kondisi unik di instalasi gawat darurat terkadang membuat
peserta didik tidak merasa dibimbing dengan baik begitu pula yang dirasakan
oleh pembimbing klinik yang juga merasa kurang puas dan kurang maksimal dalam
membimbing peserta didik (Schriver et al,
2003; Cheung & Au, 2011). Mahasiswa keperawatan saat berada di lahan
praktek klinik sangat
memerlukan model peran yang dapat melatih dan memberikan mereka contoh mengenai
bagaimana melakukan asuhan keperawatan yang benar, tepat, aman dan tidak
melanggar kode etik sebagai perawat (Mahmodi, 1997).
Pembelajaran praktek klinik adalah suatu pengalaman
pribadi dan interpersonal yang diikat dalam suatu prinsip dan peraturan dimana
keberhasilannya ditentukan oleh peran serta pembimbing dan peserta didik yang
dibimbing. Praktek klinik diharapkan bukan hanya sekedar kesempatan
untuk menerapkan teori yang dipelajari di kelas akan tetapi melalui praktek
klinik, mahasiswa diharapkan lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga dapat
menjadi perawat yang terampil dalam mengaplikasikan teori keperawatan dengan
memberikan pelayanan kepada masyarakat (Brunero & Parbury, 2010; Reid,
2010)
Pembelajaran praktek klinik di lahan praktek rumah sakit
sampai saat ini memiliki permasalahan yang kompleks.Menurut Schriver et al (2003) Permasalahan kompleks
tersebut mencakup faktor kondisi pasien di ruangan (segi jumlah pasien yang
banyak dan tidak berbanding dengan jumlah perawat beserta kondisi tingkat
kegawatan pasien yang membutuhkan perawatan intensif), faktor kebijakkan rumah
sakit (aturan mengenai praktek mahasiswa dan kriteria penunjukkan sebagai
pembimbing klinik), faktor institusi pendidikan (daftar kompetensi yang
diharapkan sebagai output mahasiswa),
faktor mahasiswa (minat, karakter watak, pengetahuan sebelumnya dan pengalaman
praktek sebelumnya) dan faktor pembimbing klinik (tingkat pendidikan,
pengalaman bekerja, kemampuan membimbing, karakteristik pribadi, dukungan rekan
sejawat).
Sampai
saat ini penelitian dan literatur yang memuat mengenai pengalaman mahasiswa dalam
menjalani praktek klinik
di setting gawat darurat atau pun penelitian yang dibuat dari sudut pandang mahasiswa di Indonesia masih
terbatas padahal penelitian pengalaman mahasiswa merupakan hal yang menarik terkait
perannya yang juga berkontribusi penting dalam keberlanjutan profesi perawat yang
berkualitas.
Fenomena
tersebut yang mendorong peneliti untuk mengungkap fenomena pengalaman praktek klinik
mahasiswa keperawatan di instalasi gawat darurat
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah fenomenologi interpretive yang didasarkan
pada filosofi Heidegger. Pemilihan partisipan dalam penelitian ini
adalah mahasiswa S1 keperawatan yang menjalani praktek klinik
pertama kali di instalasi gawat darurat, sehingga diharapkan bisa mengungkapkan
pengalaman pertamanya selama praktek klinik di IGD.
Partisipan dipilih dengan tehnik purposive sampling. Kriteria
inklusi yaitu (1)
Sehat jasmani dan rohani, (2) Mahasiswa S1 semester 6 (3) sedang menjalani praktek klinik pertama
kali di departemen gawat darurat. Sejumlah 5 partisipan
menjadi sampel penelitian, dengan pertimbangan telah terjadi saturasi data.
Pada saat wawancara, strategi yang digunakan adalah open ended
interview dan unstructured interview dan jurnal diskripsi perasaan yang ditulis partisipan
selama praktek klinik. Analisis data yang digunakan berdasarkan
tahapan dari Van Manen. Sedangkan untuk proses keabsahan penelitian yang merupakan
validitas dan reliabilitas dalam penelitian kualitatif ini dilakukan dengan
tehnik Credibility, Dependability,
Confirmability dan Transferability/ Fittingness.
HASIL
Hasil analisis data didapatkan dari dua klaster tema
yang menjelaskan permasalahan penelitian. Klaster tema yang diperoleh
tentang pengalaman praktek klinik mahasiswa keperawatan di
instalasi gawat darurat adalah tantangan penuh tekanan dan hubungan yang
unik dengan senior
1.
Tantangan
penuh tekanan
Tantangan
penuh tekanan adalah perasaan bahwa tahapan
yang dilalui memiliki tingkat kesulitan yang beragam. Tantangan penuh tekanan ini digambarkan oleh partisipan sebagai
pengalaman yang timbul karena tuntutan beban tugas akademik dan harus menuangkan
segala kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang telah dipelajari untuk
dipraktekkan kepada pasien.
Pengalaman “tuntutan beban tugas akademik”
digambarkan partisipan sebagai pengalaman tuntutan harus menyelesaikan program yang
telah ditentukan oleh institusi pendidikan seperti membuat laporan pendahuluan,
laporan praktek, check list pencapaian kompetensi, tugas kelompok
Mayoritas
partisipan menyatakan bahwa selama ini tugas yang didapatkan membutuhkan ekstra perhatian
tersendiri selain stressor di lahan praktek seperti menghadapi kondisi pasien
yang gawat dan harus bergerak cepat dan tepat.
“.....
kendala saya yang saya rasakan saat praktek adalah jadwal praktek yang terlalu
padat dan dadakan,... tugas praktek terlalu banyak sehingga saya tidak maksimal
melakukan tindakan pada pasien...” (P1)
Namun hampir mayoritas partisipan menggambarkan instalasi
gawat darurat adalah ruangan yang penuh tantangan bagi mereka Sebagaimana yang
diungkapan oleh salah partisipan sebagai berikut
“...
praktek di IGD beda dengan ruang ruang perawatan lain, kita diberi tindakan
yang lebih dan berbeda dengan yang di ruang perawatan....”
Instalasi
gawat darurat dinilai sebagai ruangan yang penuh dengan tindakan kegawatan yang
memerlukan skill yang baik. Dengan demikian partisipan merasa akan banyak
kesempatan pencapaian kompetensi psikomotor yang akan mereka dapatkan.
“ .... saat praktek di IGD pertama kali itu seneng dari
pada di ruangan lain ....soalnya kita langsung terjun praktek ke pasien
langsung tanpa kita takut, harus cepat dan perawat disana beri kita kesempatan
lebih ndak tidak ketat, jadinya kita rileks .....”
Pencapaian kompetensi yang dirasakan oleh sebagian besar
partisipan dinilai sangat signifikan bila dibandingkan dengan stase departemen
lain selain di kegawatdaruratan. Hal ini
sebagaimana yang dirasakan oleh salah satu partisipan
“...jauh berbeda, kami merasa mahir, mulai tidak berani
menjadi berani dan mulai tidak bisa menjadi bisa,.. kami merasa lebih berisi...” (p2, 28)
Pengalaman berharga lain yang dirasakan salah satu
partisipan terkait salah satu kompetensi adalah sebagai berikut ...
“ ... pemasangan infus
pertama kali itu saya lakukan di IGD daripada di ruangan .. jadi ketagihan kalo
melakukan tindakan keperawatan disana.”
Dan pada akhirnya situasi kondisi yang mereka rasakan di lahan praktek
instalasi gawat darurat menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi partisipan
“.... kalo pasiennya banyak enak,
capeknya ndak terasa, yang ada malah seneng ... capeknya terasa pas pulang...”
2. Hubungan unik dengan perawat senior.
Tema besar yang kedua adalah hubungan unik dengan perawat
senior. Hubungan yang unik dengan perawat senior di intalasi gawat darurat
digambarkan partisipan sebagai interaksi yang penuh dengan warna pengalaman
seperti diberi kebebasan bertindak, diberi kepercayaan bertindak, diberi
dukungan saat partisipan merasa tidak percaya diri bahkan terkadang merasa
dibimbing sesuai dengan alam perasaan perawat senior.
Kebebasan
bertindak saat penanganan pasien digambarkan oleh salah partisipan sebagai
pengalaman yang menyenangkan
“......kita diberi
kesempatan yang lebih oleh mbak – mbak dan mas mas perawat disana ...” (P5, 29)
Perasaan
diberi kepercayaan dan diajak bekerja bersama dengan perawat senior di IGD juga
memberikan kesan pengalaman tersendiri bagi sebagian besar partisipan
“.....Kami bekerja bersama, serasa menjadi perawat
sungguhan saat berada di IGD, karena kami bekerja bersama –sama...”
Pengalaman hubungan yang
unik dengan perawat senior digambarkan oleh sebagian besar partisipan adalah
kebebasan dalam bertindak. Sebagaimana yang disampaikan partisipan sebagai
berikut
“...kita diberi kebebasan , kita
diberikan kesempatan dan kepercayaan yang lebih besar daripada di ruangan non
kegawatan lain tapi tetap diawasi” (P2)
Namun kebebasan yang diberikan oleh
perawat senior di intalasi gawat darurat tetap kebebasan yang bertanggung jawab
artinya partisipan tetap diijinkan melakukan tindakan ke pasien namun
diawasi
“.... kita dibiarkan ke pasien tapi
diawasi dari jauh...”
Namun
terkadang tidak semua dalam interaksi partisipan dengan perawat senior
dirasakan menyenangkan , adapun perasaan lain yang dirasakan beberapa
partisipan pada saat proses bimbingan
adalah mereka merasa di supervisi atau dievaluasi, Hal ini digambarkan oleh
salah satu partisipan
“ ......Saya merasa di
uji bukan di bimbing......”
Hubungan unik dengan perawat senior digambarkan
partisipan sebagai pengalaman yang unik pada saat berinteraksi dengan perawat
di ruangan. Terkadang partisipan merasa mereka dibimbing berdasarkan alam
perasaan (mood) perawat senior disana meskipun sebenarnya mereka memiliki
pembimbing klinik yang khusus ditunjuk sebagai pembimbing utama akan tetapi
pada kenyataan di lapangan bila pembimbing utama tidak 1 shift dengan
partisipan maka mereka akan didelegasikan oleh perawat senior yang berdinas
pada saat itu. Untuk pengalaman tersebut dicerminkan dengan pernyataan beberapa
partisipan
“.....tapi terkadang
moody juga perawatnya, kadang kita di galaki kalo nggak bisa....”
Pengalaman lain yang diutarakan partisipan yang lainnya
“ .... Kalo moodnya
baik, mereka senyum senyum tapi kalo moodnya jelek, kita sering dicuekin.....”
Kondisi alam perasaan
(mood) pembimbing senior yang dirasakan partisipan disebutkan karena
dipengaruhi situasi dan kondisi yang gawat di ruangan dan hal tersebut sedikit
banyak berusaha dipahami dan dimengerti oleh partisipan lain, sebagaimana yang
disampaikan berikut
“ ... ndak semua
tindakan ke pasien diberikan ke kita... jadi tergantung situasi mood, kondisi
pasien kooperatif atau tidak... tapi ndak banyak sih...”
Beberapa partisipan mengutarakan mereka
paling banyak berinteraksi dengan perawat senior di instalasi gawat darurat
sehingga banyak pengalaman yang mereka dapatkan dari berbagi keilmuan dengan
perawat di lahan praktek. Hal ini disampaikan oleh beberapa partisipan seperti
“ ... kami banyaknya ketemu sama mas mbak
mbak disana daripada sama pembimbing.... dan mereka ngajarinya berdasarkan
pengalaman kliniknya , kalo alasannya kenapa siii jarang memuaskan
jawabannya.....”
Pengalaman lain yang disampaikan sebagian
besar partisipan lain adalah dukungan emosional saat mengalami kesulitan
menerapkan keilmuan mereka menangani pasien di kondisi gawat. Hal ini
dicerminkan oleh partisipan
“.....kenapa dik kok
takut, perawat kok takut ini lho pembuluh darahnya sudah kelihatan, tinggal
sedikit saja.....??”
Pengalaman lain juga
disampaikan partisipan yang lain seperti berikut
“ ... cuman kalo kita
keliatan takut dan bingung mereka selalu mendampingi....”
PEMBAHASAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan
esensi pengalaman mahasiswa pada saat praktek klinik di instalasi gawat
darurat. Dua tema besar yang didapatkan berdasarkan
pengalaman partisipan adalah tantangan penuh tekanan ditambah dengan hubungan yang
unik dengan perawat senior
mengerucut
pada satu tema utama yang besar yaitu aktualisasi diri sebagai perawat junior.
Praktek
mahasiswa di intalasi gawat darurat
merupakan waktu bagi mahasiswa untuk mempraktekkan teori yang mereka dapatkan
dengan kenyataan yang harus mereka hadapi di lapangan. Praktek di rumah sakit
jelas berbeda dengan praktek di laboratorium. Hal ini disebabkan mahasiswa
dengan praktek di laboratorium tidak dihadapkan pada
kondisi nyata
dimana keputusan tindakan yang tepat berdampak pada hidup dan mati pasien (Shin, 2000) .
Berbeda
dengan di keadaan situasi klinik di intalasi gawat darurat dimana mahasiswa harus berhadapan dengan faktor –
faktor yang bervariasi dan tidak dapat diprediksi yang mungkin saja terjadi pada pasien. Keadaan
tersebut tidak jarang membuat mahasiswa takut, bingung dan khawatir akan
kemampuannya sebagai perawat. Dengan demikian mahasiswa memerlukan suatu
bimbingan, arahan dan sosok perawat yang dapat mereka jadikan sebuah panutan
atau role model yang tepat untuk
memerankan diri bagaimana menjadi perawat idela yang bekerja di setting
kegawatdaruratan.
Dari hasil penelitian ini didapatkan mayoritas partisipan
merasa menikmati pengalaman praktek klinik di IGD, Hal ini disebabkan karena
mereka merasa bekerja seperti perawat dan merasa bahwa praktek klinik membuat
mereka dapat mengaplikasikan hal yang mereka dapatkan selama di ranah akademik.
Hal ini sesuai yang disampaikan Severinson (2010) bahwa praktek klinik memiliki peranan
yang besar dalam mengembangkan identitas profesional kepada mahasiswa terutama
dalam kemampuan berpikir kritis dan pengambilan keputusan
Tidak
bisa dipungkiri bahwa keberadaan pembimbing klinik sangat penting dalam
perannya untuk mempertahankan eksistensi profesi perawat yang profesional
karena praktek klinik merupakan faktor utama dalam pendidikan keperawatan. Hal
ini didukung oleh Brunero dan Parbury (2010) bahwa ilmu keperawatan
dikembangkan berdasarkan pengalaman dan belajar melalui pengalaman menjadi hal
yang mendasar dalam praktek keperawatan profesional.
Mahasiswa memerlukan suatu kebebasan dan kepercayaan
untuk dapat mempraktekkan keilmuan yang mereka dapatkan di ranah pendidikan.
Hal ini telah mereka dapatkan pada saat praktek di lapangan dan dirasakan
sebagai pengalaman yang menantang. Hal ini sesuai dengan Brunero dan Parbury (2010)
bahwa ilmu keperawatan dikembangkan berdasarkan pengalaman dan belajar melalui
pengalaman menjadi hal yang mendasar dalam praktek keperawatan profesional
Benner (1984) yang
menguraikan bahwa untuk menjadi perawat ahli perlu mengembangkan ketrampilan
dan memahami tentang perawatan pasien disepanjang waktu yang dapat diperoleh
melalui pendidikan dan pengalaman banyak. Sehingga pengalaman yang mumpuni
disertai pendidikan formal yang sesuai akan semakin meningkatkan
profesionalitas perawat kompeten
sebagai perawat di instalasi gawat darurat (Reid, 2010).
Pengalaman lain yang dirasakan oleh mahasiswa berdasarkan
penelitian ini adalah perasaan bingung dan takut pada saat mempraktekkan apa
yang telah mereka dapatkan sehingga mereka memerlukan pembimbing klinik yang
baik, ideal dan yang terpenting adalah ramah namun tidak semua hal tersebut
mereka dapatkan di lapangan Berdasarkan
pengalaman yang dirasakan mahasiswa , pengalaman di bimbing masih berdasarkan
mood atau seadanya. Hal ini sesuai dengan Widyastuti (2013) yang menyatakan bahwa
pembimbing klinik kadang merasa tidak percaya diri dan terdapat perasaan beban
moral pada saat melakukan proses bimbingan pada mahasiswa. Cangelosi et al
(2009) juga menyatakan bahwa perawat dengan peran barunya mengalami
tekanan kecemasan dan rasa takut yang disebabkan ketidakmampuan dan kurangnya
pengetahuan mereka untuk menjadi seorang pendidik dan pembimbing klinik yang
baik. Dengan demikian pengembangan
diri memegang peranan penting
dalam proses
bimbingan yang berkualitas
Menurut
Hossein et al (2010) pembelajaran praktek klinik
adalah suatu pengalaman pribadi dan interpersonal yang diikat dalam suatu
prinsip dan peraturan dimana keberhasilannya ditentukan oleh peran serta
pembimbing dan peserta didik yang dibimbing. Berdasarkan hasil penelitian diatas
juga muncul kecenderungan perawat senior membimbing berdasarkan alam perasaan
mereka (Mood) Hal ini sesuai dengan Cangelosi et al
(2009) bahwa mengajar bukanlah sesuatu
yang didasarkan pada pengalaman klinik akan tetapi memerlukan ketrampilan
tersendiri.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa
pengalaman praktek klinik mahasiswa keperawatan di instalasi gawat darurat adalah
sebuah pengalaman dimana mahasiswa merasakan sebuah pengalaman aktualisasi diri
sebagai perawat junior.Perasaan
aktualisasi ini timbul karena memandang pratek klinik di setting
kegawatdaruratan sebagai suatu tantangan yang penuh tekanan dan disertai
hubungan yang unik dengan perawat senior disana .
Persepsi bahwa praktek klinik di setting kedaruratan
merupakan tantangan tidak lebih muncul karena adanya tuntutan beban tugas
akademik dari insitusi pendidikan dan
kondisi dimana mahsiswa harus menuangkan segala
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang telah dipelajari untuk
dipraktekkan kepada pasien.
Pengalaman mengenai hubungan yang unik dengan
perawat senior diwarnai dengan interaksi yang didasari sebuah kepercayaan,
kebebasan, dukungan dan tambahan alam perasaan perawat sebagai manusia biasa
yang harus juga mengalami situasi sulit terkait kondisi pasien, tuntutan
keluarga pasien dan teman sejawat dalam proses bimbingan.
Berdasarkan
temuan hasil penelitian dan analisis serta pembahasannya, maka peneliti merasa
perlu memberikan rekomendasi demi peningkatan ilmu keperawatan, pelayanan dan
penelitian selanjutnya. Diantaranya bagi institusi pendidikan keperawatan
lebih memberikan
batasan kompetensi yang jelas dalam hal ini adalah IGD dan memberikan aturan yang jelas
mengenai proses pembimbingan seperti aturan kunjungan pembimbing klinik dari
pendidikan, kompetensi dasar yang harus dimiliki mahasiswa sebelum memasuki IGD
dan komunikasi dua arah antara institusi pendidikan dengan pembimbing klinik di
lapangan.
Rekomendasi bagi Institusi Rumah Sakit untuk
mempersiapkan kondisi
yang kondusif untuk meningkatkan perannya sebagai rumah sakit pendidikan dengan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia pembimbing klinik
Hasil
penelitian ini dapat dijadikan rujukan penelitian selanjutnya baik penelitian
kualitatif maupun kuantitatif. Beberapa penelitian lanjutan bisa
direkomendasikan peneliti, seperti metode pembimbingan yang tepat untuk
diterapkan di instalasi gawat darurat dan bagaimana kepuasan pembimbing klinik
di instalasi gawat darurat.
KEPUSTAKAAN
Beecroft P, Dorey F, Wenten M (2008). Turnover
Intention In New Graduate Nurses: A
Multivariate Analysis. Journal of
Advanced Nursing, 62, 1,
41-52.
Benner, P. (1984). From Novice To Expert: Excellence
And Power In Clinical Nursing Practice. Menlo
Park: Addison-Wesley, pp. 13-34
Blair, W., &
Smith, B. (2012). Nursing Documentation: Frameworks and Barriers. Nursing
Documentation, 41(2).
Brunero,
S., & Parbury, J. S. (2010). The Effectiveness of Clinical Supervision in
Nursing: An Evidenced Based Literature Review. Australian Journal of
Advanced Nursing, 25(3), 86-94.
Cangelosi, P. R., Crocker,
S., & Sorrell, J. M. (2009). Expert to Novice : Clinicians Learning New
Roles As Clinical Nurse Educators. Nursing Education Perspectives, 30(6),
367-371.
Cheung,
R. Y.-M., & Au, T. K.-f. (2011). Nursing Students’ Anxiety and Clinical
Performance. Journal of Nursing Education, 50(5).
Henderson S, Happel B, Martin T. (2007). Impact Of Theory And
Clinical Placement On Undergraduate Students’ Theory And Nursing
Knowledge, Skills And Attitudes. Int. J. Mental Health Nurs.16:116–125.
Hossein,
K. M., Fatemeh, D., Fatemeh, O. S., Katri, V. J., & Tahereh, B. (2010).
Teaching Style In Clinical Education : A Qualitative Study's Iranan Nursing
Teacher's Experiences. Nurse Education in Practice, 10, 8-12.
Levett-Jones T, Fahy K, Parsons K, Mitchell A. (2006). Enhancing
Nursing Students’ Clinical Placement Experiences: A Quality
Improvement Project. Contemp. Nurse; 23: 58–71.
Lockwood-Rayermann S. (2003). Preceptors, Leadership Style, And
The Student Practicum Experience. Journal of Nurse Education.;
28: 247–249.
Mahmoodi, S. (1997). Teaching Guides for Medical Teachers and
Allied Health. Boostan Publisher, Tehran. pp. 167–168.
Reid,
D. H. (2010). The Experienced Critical Care RN's Perception of New Graduate
RNs Competence in Critical Care Using Benner's Novice to Expert.
Gardner-Webb University School Of Nursing, Boiling Springs North Carolina.
Ryan-Nicholls, &
Kimberley. (2004). Preceptor Recruitment And Retention: The Preceptor
Partnership Is The Most Effective Means Of Ensuring That Students Integrate
Professionaltheory With Clinical Practice, But A Growing Lack Of Nurse
Preceptors May Threaten The Process. The Canadian Nurse(6), 18-22.
Schriver,
J. A., Talmadge, R., Chuong, R., & Hedges, J. R. (2003). Emergency Nursing
: Historical , Current, and Future Roles. Academic Emergency Medicine 10(7),
798 - 804.
Severinsson, E. (2010). Evaluation of the Clinical Supervision
and Professional
Development of Student Nurses. Journal of Nursing Management 18 : 669 – 677.
Shin,
K. R. (2000). The Meaning of The Clinical Learning Experience of Korean Nursing
Students. Journal of Nursing Education, 39(6), 259.
Widyastuti, M . (2013). Become a clinical instructor of
nursing experience in emergency. Journal of Stikes Hang Tuah Surabaya 2 : 5
Surabaya, 30 Mei
2015
Peneliti Utama
Merina Widyastuti
NIP. 03.033
|
Komentar
Posting Komentar